CEK FAKTA: Benarkah 4 Orang Ini Lumpuh Wajah Usai Suntik Vaksin Corona?

Jum'at, 18 Desember 2020 | 18:10 WIB
CEK FAKTA: Benarkah 4 Orang Ini Lumpuh Wajah Usai Suntik Vaksin Corona?
Cek Fakta Foto Orang Lumpuh Wajah Usai Suntik Virus Corona (Turnbackhoax.id).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beredar di media sosial, foto memperlihatkan sejumlah orang yang diklaim mengalami lumpuh wajah usai suntik vaksin virus corona.

Foto tersebut dibagikan oleh akun Instagram @geloranwes yang mengunggah gambar tangkapan layar artikel di situs Gelora News berjudul "4 Orang Alami Kelumpuhan Wajah Setelah Disuntik Vaksin Corona", tertanggal 10 Desember 2020.

Berikut kutipan narasi yang ditulis:

"Empat sukarelawan uji coba yang menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer mengalami kelumpuhan wajah. Kasus ini tengah ditangani oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat".

Baca Juga: Jokowi Bantah Vaksin Covid-19 Gratis Cuma Khusus Warga Peserta BPJS

Lantas benarkah klaim tersebut?

Cek Fakta Foto Orang Lumpuh Wajah Usai Suntik Virus Corona (Turnbackhoax.id).
Cek Fakta Foto Orang Lumpuh Wajah Usai Suntik Virus Corona (Turnbackhoax.id).

PENJELASAN

Berdasarkan penelusuran yang diteruskan oleh Turnbackhoax.id -- Jaringan Suara.com, klaim adanya foto tiga orang sebagamana dimuat dalam stus Gelora News sebagai relawan yang mengalami bell's palsy atau kelumpuhan wajah setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer tersebut merupakan klaim keliru.

Faktanya, foto itu tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19. Pasalnya foto itu adalah foto lama yang muncul sebelum adanya uji coba vaksin Covid-19 Pfizer pada manusia.

Disadur dari Tempo.co, foto itu kerap kali digunakan dalam artikel kesehatan tentang bell's palsy. Beberapa artikel pun terbit sebelum vaksin Pfizer menjalani uji klinis tahap 3.

Baca Juga: Pemko Pariaman Sosialisasi Vaksin Covid-19, Ini Golongan Pertama Disuntik

Artikel-artikel itu umumnya tidak menyebut bahwa bell's palsy yang dialami 3 orang itu diakibatkan oleh vaksin Covid-19.

Dalam situs kesehatan BMJ Best Practice misalnya, foto tersebut dipakai dalam artikel yang membahas diagnosis klinis bell's palsy. Artikel itu terbit pada 20 November 2019.

Selain itu, foto tersebut juga pernah digaungkan oleh situs kesehatan NCCMED pada Juni 2020, dalam artikel berjudul "What are the causes of Bell's Palsy?". Dalam artikel itu tidak ada penjelasan bahwa bell's paralysis, atau facial palsy, adalah lumpuh atau lemahnya otot wajah yang parah di satu sisi wajah. Hal itu diduga terjadi karena peradangan saraf yang mengontrol otot wajah.

Mengutip Jurnal Sains Nature Edisi 11 Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin penggunaan daruat vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer bersama BioNTech. Keputusan itu didasarkan pada data lebih dari 43 ribu relawan yang telah menerima suntikan vaksin kedua.

Analisis terhadap 170 kasus pertama COvid-19 dalam kelompok tersebut menunjukkan bahwa vaksin ini 95 persen efektif mencegah infeksi SARV-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19 yang bergejala. Hasil uji coba tersebut telah dipublikasikan pada 10 Desember 2020 di The New England Journal of Medicine.

Vaksin itu disebut aman, di mana uji coba menemukan efek samping yang umum terjadi seperti kelelahan, sakit kepala, dan demam. Ditemukan pula 4 kasus bell's palsy, suatu kondisi yang secara sementara melemahkan beberapa otot di wajah, diantara mereka yang menerima vaksin.

Akan tetapi, FDA tidak bisa secara pasti mengaitkan kondisi tersebut dengan vaksin.

Petugas medis FDA, Susan Wollersheim mengatakan kepada komite bahwa frekuensi bell'palsy tidak biasa terjadi pada populasi umum. Kata dia, salah satu peserta penelitian yang terkena dampaknya memang memiliki riwayat kondisi tersebut.

Menurut Jason Hinman, asisten profesor neurologi dari Bell's Palsy David Geffen School of Medicine, University of California Los Angeles, bell's palsy disebabkan oleh kerusakan pada saraf kranial ketujuh, salah satu saraf pada wajah.

"Ini bisa terjadi akibat trauma, tapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," ujarnya dikutip dari Situs Health.

Jason Hinman menegaskan, bell's palsy bukan disebabkan oleh SARV-CoV-2. Menurut dia, bell's palsy bisa disembuhkan dalam waktu singkat, hanya hitungan minggu. Kendati dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan kelumpuhan wajah secara permanan. Satu dari empat relawan penerima vaksin yang mengalami bell's palsy telah pulih.

Selain itu, Jason Hinman menerangkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin Covid-19 dengan bell's palsy. Indisen itu bisa saja menimpa 20 orang dalam 100 populasi.

"Saya tidak bisa membuat koneksi langsung dengan vaksin dan menduga ini adalah kebetulan. Insiden normal bell's palsy kira-kira 20 dari 100 ribu orang. Studi vaksin Pfizer memerika 38 ribu pasien. Jadi empat kasus akan berada dalam insiden normal bell's palsy yang diamati," jelasnya.

Masalah serupa juga pernah muncul beberapa dekade lalu, saat beberapa orang mengalami bell's palsy usai mendapatkan vaksin influenza. Hanya saja, tidak ada penelitian yang pernah menemukan hubungan antara vaksin flu dan bell's palsy.

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyebut orang dalam foto itu mengalami kelumpuhan wajah setelah suntik vaksin corona adalah salah.

Unggahan itu masuk dalam kategori Konten yang Salah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI