Suara.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin membantah hasil investigasi yang menyebut dirinya sebagai dalang atas peristiwa yang menimpa Alexei Navalny.
Putin yang menyebut Navalny sebagai 'pasien di klinik Berlin' ini mengakui secara tak langsung bahwa agennya membuntuti telah Navalny. Lalu ia mengklaim badan intelijen AS melindungi rivalnya meski tak menunjukkan bukti.
"Jika itu benar, maka itu menarik, dan tentu saja layanan khusus (kami) harus mengawasinya," ujar Putin dalam konferensi pers tahunannya, seperti yang diberitakan CNN Jumat (18/12).
Putin juga mengatakan kalau ia mau, pasukannya bisa menyelesaikan tugas ini dengan lebih rapi sejak dulu.
Baca Juga: Rusia Dituduh Racuni Alexei Navalny Dua Kali Pakai Novichok
"Tapi itu tidak berarti dia perlu diracuni, lagipula siapa yang membutuhkannya? Jika mau, mereka mungkin sudah menghabisinya," tambah Putin yang menyebut istri Navalny menghubunginya.
"Tapi dalam kasus ini, istrinya memintaku, dan aku segera memberi perintah agar dia keluar negeri untuk dirawat di Jerman."
Tak sampai di situ, Vladimir Putin memberi persepsi berbeda tentang kasus ini dan mengambil kesimpulan bahwa ia difitnah. "Ini tipuan untuk menyerang pemimpin (Rusia)."
Sebelumnya kelompok investigasi Bellingcat dan CNN merilis laporan yang mengungkap bukti bahwa Alexei Navalnya diracun oleh Dinas Keamanan Rusia (FSB) atas perintah Putin.
Alexei Navalny diduga diracun dengan Novichok hingga nyaris tewas pada bulan Agustus. Setelah perawatan awal di Omsk, Siberia, dia dibawa ke sebuah klinik di Berlin dan selamat.
Baca Juga: Satu Bulan Dirawat, Alexei Navalny Akhirnya Keluar dari Rumah Sakit Berlin
Kremlin berulang kali membantah terlibat dalam kasus ini sedangkan Amerika tegas menuduh Rusia yang bertanggung jawab sepenuhnya.
"Rusia hanya memberikan teori alternatif imajinatif liar untuk menabur keraguan. Tujuan mereka adalah membuat orang bertanya-tanya apakah mungkin ada penjelasan masuk akal lain untuk keracunan Navalny dengan agen saraf Novichok," kata juru bicara Departemen Luar Negeri pada CNN.