Aksi 1812 Bela Habib Rizieq, Rocky Gerung: Kecemasan Pemerintah Tinggi

Jum'at, 18 Desember 2020 | 14:21 WIB
Aksi 1812 Bela Habib Rizieq, Rocky Gerung: Kecemasan Pemerintah Tinggi
Rocky Gerung Blak-blakan Pernah Caci Maki FPI (YouTube/Refly Harun).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siang ini, Jumat (18/12/2020) PA 212 menyelenggarakan aksi 1812 guna menuntut keadilan bagi Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.

Bersamaan dengan hal itu, pengamat politik, Rocky Gerung mengunggah video lewat kanal YouTube miliknya, berjudul "Percuma Saja Cegah Aksi 1812, Rakyat Sudah Tidak Percaya".

Rocky Gerung mengomentari pemerintah yang berupaya menghalangi terjadi aksi di sekitaran Istana Merdeka ini. Dia menghubungkannya dengan Covid-19 yang menjadi alasan utama pemerintah menghalaunya.

"Ya angka Covid-19 tinggi tapi angka cemas (soal Habib Rizieq) lebih tinggi," ujar Rocky Gerung seperti dikutip Suara.com.

Baca Juga: Panas! Aksi 1812 Dibubarkan Paksa Polisi di Tengah Jalan

Rocky Gerung kemudian menyinggung ketidakadilan yang selama ini kata dia tidak didapatkan oleh Habib Rizieq.

Rocky Gerung Merespons Aksi 1812 (YouTube/RockyGerungOfficial).
Rocky Gerung Merespons Aksi 1812 (YouTube/RockyGerungOfficial).

Menurut Rocky Gerung, dari aksi 1812 yang perlu diperhatikan bukan lagi masalah Covid-19, tetapi lebih pada keadilan Habib Rizieq sebagaimana dituntut banyak orang.

Bahkan, Rocky Gerung mengklaim rakyat secara batin mendukung upaya penegakan keadilan Habib Rizieq.

"Harus kita lihat alasan kekuasaan, memeang ada soal Covid-19 tapi dari awal kita mengerti intensif untuk mempersoalkan ketidakadilan Habib Rizieq oleh teman-teman FPI itu didukung secara batin oleh rakyat," terang Rocky Gerung.

Lebih lanjut, Rocky Gerung menyoroti langkah pemerintah merespons kabar aksi 1812.

Baca Juga: Panas! Massa Aksi 1812 Dibubarkan Polisi, Ustaz Disuruh Turun, Pekik Takbir

Rocky Gerung menuturkan, bisa saja pemerintah mencegah datangnya massa aksi 1812. Akan tetapi, dengan tegas dia mengatakan pemerintah tidak bisa menghindari hadirnya tuntutan keadilan.

"Jadi yang bisa dicegah adalah hadirnya manusia di Monas, bukan hadirnya tuntutan keadilan. Itu orang bisa cari cara lain mengepung kekuasaan untuk online. Berkumpul tidaknya bukan soal orang, tapi pengertian baru soal ketidakadilan. Secara etis masyarakat menganggap ditutup tdk akan menghalangi kita masuk lewat online," terang Rocky Gerung.

Kemudian Rocky Gerung menyindir pemerintah yang mengundang tenaga Brimob. Dia membenturkannya dengan instruksi Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut kuota kerja dari rumah sebesar 75 persen.

"Sebetulnya tau ada mobilisasi massa maka kekuasaan memobilisasi Brimob. Sekarang kenapa kok brimob boleh masuk Jakarta padahal ada Covid-19?" tandas Rocky Gerung.

Kekinian, dikabarkan bahwa massa aksi 1812 telah mulai memadati lokasi sekitar Patung kuda. Berdasar pantauan Suara.com, aparat kepolisian langsung merespon massa aksi 1812 yang datang.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto melalui pengeras suara mengimbau massa untuk segera membubarkan diri. Namun massa masih memilih bertahan.

Akhirnya Heru mengerahkan pasukan polisi yang memang sudah dipersiapkan. Personel polisi kemudian menghampiri massa membubarkan secara paksa massa aksi 1812. Alasanya pandemi covid terutama di Jakarta masih tinggi.

Tak hanya memerintahkan membubarkan secara paksa massa. Heru juga memerintahkan menangkap massa yang akan melawan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI