Suara.com - Sekolah di Jepang mulai memperhatikan kebutuhan siswa minoritas seksual alias LGBT. Menyadur Kyodo News Jumat (18/12), beberapa sekolah sudah memperkenalkan seragam tanpa gender.
Sekolah-sekolah ini menghapus simbol gender dalam penggunaan seragam dan menggantinya dengan yang lebih netral.
Sekitar sepertiga prefektur di Jepang mengambil langkah ini sebagai tanggapan atas permintaan Kementerian Pendidikan lima tahun yang lalu.
Hasil survei Kyodo News menyebut lebih dari 600 sekolah mulai menggunakan seragam tanpa gender untuk meningkatkan kenyamanan siswa yang berasal dari beragam latar belakang.
Baca Juga: Pete Buttigieg, Calon Menteri Tranportasi LGBT Pertama Era Joe Biden
19 dari 47 sekolah mengizinkan siswa perempuan meninggalkan rok dan menggantinya dengan celana panjang. Prefektur lain yang belum menerapkan seragam tanpa gender segera menyusul.
Target mereka, seragam tanpa gender seperti ini berlaku secara nasional di Jepang saat musim semi mendatang.
Seragam yang selama ini berlaku di sekolah-sekolah selama ini dianggap terlalu kuno dan menyebabkan tekanan mental bagi siswa yang mengidentifikasi dirinya sebagai LGBT.
Pada bulan Agustus, seorang siswa sekolah menengah di Edogawa Tokyo, lahir sebagai perempuan tapi kemudian diidentifikasi laki-laki.
Ia protes pada wali kota Takeshi Saito dan menuntut agar semua sekolah menawarkan pilihan seragam yang lebih netral. "Dulu saya menahan emosi dan pikiran tentang kematian sebelum menginjak usia dewasa," kata siswa ini.
Baca Juga: Politisi Anti LGBT Langgar Lockdown dan Pesta Seks di Luar Negeri
Ia lantas memilih sekolah menengah atas yang memperbolehkan siswa memakai baju bebas setelah pengalaman pahit dipaksa memakai rok di sekolah menengah pertama.
Saito mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan aturan tentang seragam sekolah.