Kremasi 15 Jenazah Muslim Korban Virus Covid-19, Sri Lanka Tuai Kecaman

Selasa, 15 Desember 2020 | 15:42 WIB
Kremasi 15 Jenazah Muslim Korban Virus Covid-19, Sri Lanka Tuai Kecaman
Ilustrasi jenazah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sri Lanka tuai kecaman setelah mengkremasi setidaknya 15 jenazah dari keluarga Muslim korban virus corona, termasuk seorang bayi.

Menyadur Channel News Asia, Selasa (15/12/2020) Otoritas kesehatan di Sri Lanka yang mayoritas beragama Buddha bersikeras semua korban akibat Covid-1999 harus dikremasi, bahkan jika mereka adalah Muslim.

Perintah yang dikeluarkan pada bulan April itu dikeluarkan di tengah kekhawatiran para biksu Buddha yang berpengaruh bahwa mayat yang dikubur dapat mencemari air tanah dan menyebarkan virus.

Setelah 19 keluarga Muslim menolak untuk mengklaim jenazah kerabat dari kamar mayat Kolombo, pekan lalu, jaksa agung memerintahkan jenazah mereka dikremasi.

Baca Juga: Buktikan Aman dari Covid-19, Politisi Sri Lanka Gigit Ikan Mentah

Sejauh ini setidaknya ada 15 jenazah yang sudah dikremasi, termasuk seorang bayi berusia 20 hari bernama Syekh dan terlepas dari izin orang tuanya.

Selama akhir pekan, anggota masyarakat mengikat ribuan pita putih ke gerbang pemakaman yang menampung krematorium. Pita tersebut kemudian diambil oleh pihak berwenang pada Senin.

"Para hantu di Kanatte (kuburan) semalaman telah menyingkirkan saputangan putih yang diikat untuk mengenang bayi yang dikremasi secara paksa melawan keinginan orang tua," kata mantan menteri luar negeri Mangala Samaraweera di Twitter.

Seorang aktivis media sosial yang memposting foto pita tersebut menyebut aksi petugas sebagai tindakan penindasan negara yang mencolok.

Sri Lanka telah mengalami lonjakan kasus sejak Oktober, dengan jumlah infeksi meningkat hampir 10 kali lipat menjadi total lebih dari 32.790 kasus dan 152 meninggal.

Baca Juga: Ngenes! 100 Ekor Ikan Paus Terdampar Misterius di Sri Lanka

Menurut Dewan Muslim Sri Lanka, mayoritas korban virus corona negara itu menganut Islam meskipun mereka hanya 10 persen dari 21 juta populasi yang ada.

Juru bicara dewan Hilmy Ahamed mengatakan Muslim takut mencari bantuan medis karena mereka tidak ingin dikremasi jika meninggal.

Organisasi Kerja Sama Islam bulan lalu mendesak Sri Lanka untuk mengizinkan umat Islam menguburkan anggota keluarga mereka sesuai dengan keyakinan dan kewajiban agama mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia juga mengatakan harus mengizinkan penguburan jenazah Covid-19 jika dilakukan dengan protokol kesehatan yang sesuai.

Sejak insiden bom Paskah 2019 yang mematikan yang dilakukan oleh militan lokal, terjadi ketegangan antara umat Muslim di Sri Lanka dan mayoritas Sinhala.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI