Suara.com - Agen Rusia dituduh melakukan percobaan pembunuhan pada Alexei Navalny dengan cara diracun. Tak cuma sekali, Navalny diduga diracun dua kali menggunakan racun saraf mematikan, Novichok.
Menyadur DW Senin (14/12), tuduhan itu diungkapkan oleh koran The Times. Dalam laporannya, situs berita ini mengklaim Navalny menerima racun keduanya saat akan diterbangkan ke Berlin.
"Tujuannya agar dia mati pada saat tiba di Berlin," tulis The Times mengutip sumber tersebut.
Namun begitu tiba di Berlin, para dokter berhasil menyelamatkan Navalny dan aktivis ini mulai memasuki masa pemulihan.
Baca Juga: Satu Bulan Dirawat, Alexei Navalny Akhirnya Keluar dari Rumah Sakit Berlin
"Peluang kematian bisa meningkat jika diberi racun Novichok dosis kedua," kata Alastair Hay, profesor toksikologi lingkungan di Universitas Leeds.
"Tapi kalau dia sudah mendapat atropin, ini akan melawan agen saraf, meskipun itu mungkin berarti memperpanjang komanya. Racun itu akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terdegradasi di hati."
Sebelumnya Alexei Navalny mendadak sakit ketika terbang dari Siberia ke Moskow. Ia diduga keracunan zat Novichok hingga pesawat yang membawanya mendarat darurat di kota Omsk, Siberia.
Navalnya lantas dilarikan ke rumah sakit dan mendapat penawar racun atropin.
Mantan komandan Resimen Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir di Angkatan Darat Inggris, Hamish de Bretton-Gordonatropin mengatakan atropin adalah zat penawar yang menyelamatkan nyawanya dalam upaya pembunuhan kedua.
Baca Juga: Tim Alexei Navalny Temukan Racun Novichok di Botol Minuman Hotel
"Atropin menyelamatkan hidupnya, agen saraf menyebabkan kegagalan banyak organ. Paru-paru menyerah lebih dulu dan Anda mati. Jika digunakan dengan cepat, atropin membalikkan efeknya."
The Times menuduh agen Rusia menekan dokter yang merawat Navalny di Omsk untuk mengumumkan bahwa kritikus Putin itu menderita kelainan metabolisme, bukan keracunan.
Moskow membantah terlibat, meskipun ada laporan tentang Novichok oleh penyelidik Jerman dan Organisasi antar-pemerintah untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).