Tersesat Gegara Google Maps, Remaja Ini Ditemukan Tewas Membeku

Minggu, 13 Desember 2020 | 12:53 WIB
Tersesat Gegara Google Maps, Remaja Ini Ditemukan Tewas Membeku
Ilustrasi kemacetan di Google Maps. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski diciptakan untuk menunjukkan arah, Google Maps terkadang membuat seseorang tersesat. Seperti yang dialami oleh remaja asal Rusia bernama Sergey Ustinov.

Tidak hanya tersesat, ia bahkan ditemukan meninggal dalam keadaan membeku setelah nyasar ke sebuah jalan yang bersuhu ekstrem -50 derajat celcius.

Dikutip dari hops.id -- jaringan Suara.com, Sergey mengemudi bersama temannya, Vladislav Istomin, melewati rute yang bersuhu dingin sangat ekstrem karena disarankan oleh Google Maps.

Mobil yang dikendarainya mengalami masalah hingga ia ditemukan meninggal dalam keadaan membeku di dalam Toyota Chaser. Sedangkan temannya, Vladislav, dinyatakan selamat dalam insiden itu meski mengalami hiportemia yang cukup parah.

Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini UFO Tercatat 46 Kali Menampakkan Diri di Amerika

“Kondisinya sangat memprihatinkan, kami memperjuangkan hidupnya,” kata seorang dokter dikutip dari The Sun, Minggu (13/12/2020).

Remaja tewas membeku. (Hops.id)
Remaja tewas membeku. (Hops.id)

Menurut The Siberian Times, keduanya berjalan dari kota Yakutsk menuju kota Magadan, Rusia.

Mereka melewati jalanan era Stalin yang dikenal dengan nama Road of Bones alias jalanan tulang. Nama yang terdengar mengerikan itu disematkan lantaran banyaknya pekerja yang tewas ketika membangun jalan tersebut.

Diketahui Sergey dan Vladislav mengikuti saran dari Google Maps yang memberikan rute paling cepat dibanding Yandex Maps (layanan peta navigasi Rusia).

Rute di Yandex Maps menunjukkan jarak 1.900 km di jalan raya federal Kolyma melalui wilayah Ust-Nera. Sedangkan Google Maps menawarkan rute yang lebih pendek melalui Tomtor sejauh 1.733 km.

Baca Juga: Google Maps Bikin 2 Petualang Ini Tersesat, Tewas Membeku dan Hipotermia

Otoritas setempat menyebut jalan yang melalui wilayah Tomtor itu merupakan jalanan yang sudah lama tidak terpakai dan sudah lama ditinggalkan sejak 1970-an.

Dilaporkan pula Sergey dan Vladislav sempat menyalakan api kecil dan membakar ban untuk menjaga tubuh mereka supaya tetap hangat.

Sayangnya mereka tidak dapat menggunakan ponsel mereka untuk menghubungi layanan darurat.

Ada pun waktu pasti Sergey meninggal belum bisa dipastikan. Akan tetapi, temannya tetap hidup selama beberapa hari sampai dia ditemukan oleh polisi setelah dilakukan pencarian.

“Orang-orang itu berusaha untuk tetap hangat, dan membakar ban. Tapi ternyata, mereka tidak bisa membuat api yang besar. Dan mereka tidak bisa melepas sisa ban,” sambungnya.

Penduduk setempat terkejut karena mereka tidak memiliki pakaian hangat selama musim dingin ekstrem di Siberia.

Menurut salah seorang penduduk setempat, para korban merupakan orang kota, hal ini terlihat dari sepatu kets yang mereka kenakan.

Wilayah Republik Sakha (Yakutia) di Rusia dikenal sebagai memiliki suhu dingin yang sangat ekstrem. Bahkan menurut warga, saat ini wilayah itu memiliki suhu dingin lebih dari minus 50 derajat celcius.

“Sekarang di sini sangat dingin, belum -60C sih, tapi di malam dan pagi hari suhunya -57C, dan siang hari sampai -51C,” kata seorang warga.

Selain itu di Republik Sakha (Yakutia), juga terdapat kota terdingin di dunia yang bernama Oymyakon, yang memiliki rata-rata suhu -50 derajat celsius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI