Suara.com - Keluarga enam laskar FPI yang menjadi korban penembakan oleh polisi di jalan tol Jakarta - Cikampek datang ke Komisi III DPR untuk menyampaikan aspirasi, Kamis (10/12/2020).
Perwakilan keluarga yang datang, antara lain kakak Kadhavi (Anandra), ayah Lutfil Hakim (Daynuri), paman Andi Oktiawan (Umar), dan kakak M. Reza (Septi).
Daynuri menjelaskan pada Kamis (3/12/2020), anaknya meminta izin untuk mengawal Habib Rizieq Shihab.
Pada Minggu (6/12/2020), pukul 14.00 WIB, dia masih berkomunikasi dengan Lutfil. Lutfil ketika itu mengatakan belum bisa pulang dan meminta orangtua tidak khawatir dengan kondisi kesehatannya.
Baca Juga: Adu Data FPI dan Polisi Seputar Kematian 6 Laskar, Komnas HAM Jadi Harapan
Setelah itu dia tidak komunikasi dengan Lutfil lagi.
Penembakan terjadi pada Senin (7/12/2020), dini hari. Polisi menyatakan terpaksa menembak karena laskar FPI menyerang terlebih dahulu dengan senjata api.
Tetapi keterangan tersebut dibantah oleh Daynuri.
"Anak saya tidak membawa senjata apapun, pisau saja tidak apalagi pistol. Lalu Senin sore (7/12) saya dapat kabar dari tetangga bahwa anak saya termasuk yang diculik," kata Daynuri.
Ia menceritakan saat memandikan jenazah Lutfil, terdapat empat luka bekas tembakan di dada kiri hingga tembus ke bagian belakang, pipi bengkak, dan punggung gosong seperti luka terbakar.
Baca Juga: Perjalanan Sangat Menegangkan Sejak Mobil Rizieq Tinggalkan Rumah Sentul
Sementara Umar bercerita dia pada Sabtu (5/12/2020), dia menghubungi keponakannya, Andi, dan dikatakan kondisinya sehat serta masih mendampingi Habib Rizieq.
Setelah itu, dia tidak mendengar lagi kabar keponakannya hingga mendapatkan informasi bahwa Andi telah meninggal dunia.
"Senin (7/12) siang saya dapat kabar, sebenarnya saya tidak tanggapi karena belum dapat gambar atau foto. Lalu Selasa (8/12) terjadi penyerahan jenazah Andi, saya lihat kenapa kondisinya seperti itu. Sadis," ujarnya.
Umar menjelaskan di tubuh keponakannya terdapat sekitar empat luka bekas tembakan dan dia menduga keponakannya mendapatkan tembakan dari jarak dekat, mata memar, dan kepala belakang bolong.
Sedangkan Anandra menjelaskan, keluarganya belum mendapatkan barang-barang pribadi Kadhavi, di antaranya telepon genggam, tas, dan dompet.
Mereka sudah menanyakan kepada pihak yang berwenang, namun barang-baran Kadhavi belum diserahkan. Ponsel Kadhavi, kata Ananda, antara lain berisi foto-foto keluarga yang diambil ketika Kadhavi masih hidup.
Ia menceritakan, saat ayahnya yang memandikan jenazah Kadhavi, di tubuh Kadhavi ditemukan tiga luka tembakan di dada, di punggung terdapat luka seperti diseret, dan jidat berwarna biru.
Dalam rapat dengar pendapat tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond J. Mahesa mengatakan, "kami ingin mendengarkan keterangan pihak keluarga korban, karena salah satu mitra Komisi III DPR adalah kepolisian. Kami ingin dengar harapan keluarga korban kepada Komisi III DPR."
Mahesa mengatakan, RDPU tidak masuk pada ranah apakah peristiwa itu terjadi tembak-menembak seperti yang disampaikan polisi atau kasus penculikan. Karena itu menurut dia, dalam RDPU tersebut Komisi III DPR ingin mendengarkan harapan para keluarga korban.
Dalam RDPU, anggota Komisi III Sarifuddin Sudding mengatakan akan menindaklanjuti harapan keluarga korban agar keadilan bisa ditegakkan dalam peristiwa tersebut.
Sudding pun sempat menanyakan terkait kondisi jenazah para korban yang telah diserahkan kepada pihak keluarga lalu telah dimakamkan beberapa hari yang lalu.
"Saya ingin menanyakan kapan mendengar kabar bahwa keluarga Anda meninggal dunia, lalu kondisi jenazah bagaimana saat diserahkan kepada keluarga," kata dia. [Antara]