Suara.com - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyoroti kemenangan anak dan mantu Presiden Jokowi di Pilwalkot Medan dan Solo. Partai Golkar merupakan salah satu partai pendukung pasangan Bobby Nasution bersama Aulia Rachman dan Gibran Rakabuming Raka bersama Teguh Prakosa.
Airlangga menyebut kemenangan Bobby di Pilwalkot Medan berdasarkan hasil hitung cepat merupakan kemenangan besar. Sebab kemenangan Bobby diikuti dengan kemenangan Partai Golkar untuk beberapa daerah pemilihan di Sumatra Utara.
"Di Sumatra Utara Partai Golkar juga berhasil mendudukan Mas Bobby Nasution memenangi Pilwalkot Medan dan ini juga ditangani langsung oleh Pak Doli Kurnia, Ketua Tim Pemenangan Nasional Pak Doli. Dan kemenangan ini adalah kemenangan terbesar Partai Golkar," kata Airlangga di DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Kamis (10/12/2020).
Airlangga mengatakan Partai Golkar memenangkan sebanyak 17 dari 23 daerah pemilihan di Sumatra Utara. Dalam kata lain, Partai Golkar berhasil meraih kemenengan 73,91 persen untuk wilayah Sumatra Utara.
Baca Juga: Gibran Menang Versi Hitung Cepat, Kaesang Minta Giveaway
Sementara untuk Jawa Tengah, Airlangga merasa bersyukur atas kemenangan Gibran dan Teguh yang memang sejak awal sudah didukung Partai Golkar untuk maju Pilwalkot Solo.
"Jawa Tengah Golkar mendukung mas Gibran di awal dan alhamdulillah menang dengan 85 persen," kata Airlangga.
Menurut Airlangga kemenangan Partai Golkar untuk pilkada di daerah Jawa Tengah menjadi fenomena tersendiri. Pasalnya kemenangan itu dinilai besar.
"Di Jawa tengah alhamdulilah sejak reformasi atau di era orde baru, Golkar menang 85,71 persen dan ini fenomena tersendiri. Karena Golkar menang di 18 dapil dari 21 dapil dan tentunya kolaborasi Golkar dengan partai lain termasuk dengan PDIP. Jadi ini membuktikan bahwa strategi yang diambil Partai Golkar mampu memenangkan 85,71 persen," ujar Airlangga.
Anak dan Mantu Jokowi Menangi Pilwalkot
Baca Juga: Ferdinand: Gibran dan Bobby Jadi Wali Kota karena Rakyat, Bukan Bapaknya
Berdasarkan hasil hitung cepat, anak dan menantu Presiden Joko Widodo memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Rabu (9/12/2020). Ini nantinya akan menjadikan Jokowi catat sejarah baru sebagai presiden pertama yang memiliki anak dan menantu wali kota. Gibran dan Bobby pun akan jadi wali kota pertama yang ayah serta martuanya seorang presiden.
Putra pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka bersama Teguh Prakosa memenangkan Pilwalkot Solo dari pasangan Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo).
Lembaga survei Charta Politika memaparkan Gibran-Teguh meraih 87,15 persen suara unggul dari Bagyo-Supardjo hanya 12,85 persen suara.
Lalu lembaga survei Voxpoll Centre menyatakan Gibran-Teguh memperoleh 86,65 persen suara, sedangkan pasangan Bagyo-Supardjo hanya mendapatkan 13,34 persen suara.
Sementara itu, menantu Jokowi Bobby Nasution bersama Aulia Rachman unggul dari Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi di Pilwalkot Medan.
Lembaga survei Charta Politika menunjukkan Bobby-Aulia merenggut 55,29 persen, sementara pasangan Akhyar-Salman memperoleh 44,71 persen.
Lalu lembaga survei Poltracking menyebut bahwa Bobby-Aulia meraih 54,12 persen sedangkan Akhyar-Salman hanya mendapat 45,88 persen suara.
Terakhir, lembaga survei Voxpol Center menunjukkan Bobby-Aulia lebih ulung 53,31 persen dari pasangan Akhyar-Salman yang hanya 46,68 persen suara.
Gibran dan Bobby sama-sama diusung oleh partai PDIP dalam penyelenggaraan Pilkada serentak tahun ini, beriringan dengan partai pengusung lainnya.
Diperkirakan hasil hitung resmi dari KPU tidak akan berbeda jauh dengan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei tersebut.
Ketika sudah resmi dilantik, masing-masing Gibran dan Bobby menjadi Wali Kota Solo dan Medan selama lima tahun hingga tahun 2025. Sedangkan Jokowi menjabat sebagai presiden sampai tahun 2024.
"Jumlah kandidat yang berafiliasi di tahun 2015-2019 naik hampir tiga kali lipat. Tahun 2015 ada 52 kandidat dan ditahun 2020 naik sebanyak 146. Artinya akses masyarakat untuk merebut kekuasaan melalui pemilu terbatas, mengerucut pada orang dengan latarbelakang bisa jadi ketua partai, penguasa partai, afiliasi keluarga berpengaruh atau penguasa," jelas Ilmuan Politik Yoes C. Kenawas dalam sebuah wawancara.
"Kita harap akses masih luas dari semua kalangan, tapi tren 10 tahun terakhir berasal dari sumber suplai elit. Baik atau tidak mesti ditunggu dulu, kita terlalu fokus dengan politik dinasti. Fokus pada orang tertentu, takutnya bias," lanjutnya.