Suara.com - Sebuah koalisi yang terdiri dari lembaga-lembaga yang berkampanye soal vaksin virus corona memperingatkan bahwa negara-negara kaya akan menimbun dosis vaksin, sementara orang-orang yang tinggal di negara-negara miskin akan ketinggalan.
People's Vaccine Alliance mengatakan hampir 70 negara berpenghasilan rendah hanya dapat melakukan vaksin terhadap satu dari 10 orang.
Angka itu diperkirakan akan terjadi walaupun Oxford-AstraZeneca berjanji memberikan 64% dari dosis yang mereka hasilkan kepada masyarakat di negara berkembang.
Berbagai langkah sedang dipersiapkan untuk memastikan vaksin dapat diakses secara adil di seluruh dunia.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Pantik Antibodi di 97% Sukarelawan di Indonesia
Komitmen vaksin ini, yang dikenal sebagai Covax, telah berhasil mengamankan 700 juta dosis vaksin untuk didistribusikan di antara 92 negara berpenghasilan rendah yang telah mendaftar.
Tetapi bahkan dengan rencana itu, berbagai organisasi termasuk Amnesty International, Oxfam dan Global Justice Now mengatakan jumlah dosis vaksin masih belum cukup.
Mereka juga menyarankan agar perusahaan-perusahaan membagikan teknologi mereka agar dapat meningkatkan produksi dosis vaksin.
Analisis mereka menemukan bahwa negara-negara kaya telah membeli jumlah dosis yang cukup untuk memvaksinasi tiga kali lipat dari seluruh populasinya, jika semua vaksin disetujui untuk digunakan.
Kanada, misalnya, telah memesan cukup vaksin untuk melindungi setiap orang Kanada sebanyak lima kali, menurut klaim koalisi itu.
Baca Juga: Amankah Dapat Suntikan Vaksin Covid-19 Saat Minum Obat Pengencer Darah?
Dan meskipun negara-negara kaya hanya mewakili 14% dari populasi dunia, sejauh ini mereka telah membeli 53% dari semua vaksin yang paling menjanjikan.
- Nenek berusia 90 tahun menjadi orang pertama di dunia yang divaksin
- Vaksin Universitas Oxford sangat efektif, bagaimana dengan vaksin yang dipesan Indonesia?
- Apakah mungkin akan ada lebih dari satu vaksin virus corona?
"Tidak seorang pun boleh terhalang dari mendapatkan vaksin penyelamat nyawa karena negara tempat mereka tinggal atau jumlah uang di kantong mereka," kata Anna Marriott, manajer kebijakan kesehatan Oxfam.
"Tetapi kecuali sesuatu berubah secara dramatis, miliaran orang di seluruh dunia tidak akan menerima vaksin yang aman dan efektif untuk Covid-19 hingga beberapa tahun mendatang."
People's Vaccine Alliance menyerukan kepada semua perusahaan farmasi yang mengerjakan vaksin Covid-19 untuk secara terbuka membagikan teknologi dan kekayaan intelektual mereka, sehingga miliaran dosis lebih dapat diproduksi dan tersedia untuk semua orang yang membutuhkannya.
Ini dapat dilakukan melalui kumpulan akses teknologi Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia, katanya.
AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi vaksin Covid yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, telah berkomitmen untuk menyediakan vaksin secara nirlaba di negara berkembang.
Vaksin tersebut lebih murah daripada yang lain dan dapat disimpan pada suhu lemari es, sehingga membuatnya lebih mudah untuk didistribusikan ke seluruh dunia.
Tetapi para juru kampanye mengatakan satu perusahaan sendiri tidak dapat memasok cukup vaksin untuk seluruh dunia.
Vaksin buatan Pfizer-BioNTech telah mendapat persetujuan di Inggris dan orang-orang yang paling rentan akan divaksinasi mulai pekan ini.
Vaksin itu kemungkinan akan segera menerima persetujuan dari regulator di AS dan Eropa, yang berarti perlu beberapa waktu sebelum dibagikan dengan negara-negara miskin.
Dua vaksin lainnya, dari Moderna dan Oxford-AstraZeneca, sedang menunggu persetujuan regulasi di sejumlah negara.
Vaksin Rusia, Sputnik, juga telah mengumumkan hasil uji coba positif, dan empat vaksin lainnya sedang menjalani uji klinis tahap akhir.