Sejarah Perang Padri

Selasa, 08 Desember 2020 | 11:33 WIB
Sejarah Perang Padri
Lukisan Perang Padri berjudul Krijgstaferelen van de oorlog op Sumatra karya J.P. de Veer.[Wikimedia Commons]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perang Padri merupakan peperangan yang terjadi di Sumatera Barat pada wilayah Kerajaan Pagaruyung pada tahun 1803-1838. Perang Padri bermula terjadi perbedaan prinsip terhadap agama antara kaum Padri dengan kaum adat.

Kala itu pada tentang tahun 1803 hingga 1804, sekelompok ulama dari kaum Padri telah melakukan ibadah haji dan kembali ke Sumatera Barat. Terjadi pertentangan antara kaum Padri terhadap kaum Adat karena ajaran dan kebiasaan kaum Adat tidak sejalan dengan ajaran agama Islam.

Namun, Perang Padri pada akhirnya berubah menjadi peperangan melawan penjajahan Belanda yang menimbulkan banyak korban jiwa pada saat itu.

Awal Mula Perang Padri

Baca Juga: Logo Tut Wuri Handayani Sejarah dan Artinya

Perang Padri ini dimulai dengan pertentangan kaum Padri terhadap kebiasaan buruk yang terjadi di masyarakat Sumatera Barat kala itu. Kebiasaan yang bertentangan dengan agama tersebut seperti judi, sabung ayam, mabuk, menggunakan tembakau dan lainnya.

Perang Padri ini melibatkan suku minang dan mandailing. Pada kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan dan kaum adat dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah.

Kronologi Perang Padri

Perang Padri ini dimulai pada tahun 1821 yang mana Belanda tengah menduduki beberapa wilayah di Sumatera Barat.

Peperangan berangsur hingga 1825 dan terjadi gencatan senjata dan dimulainya Perjanjian Masang karena pada saat itu Belanda juga sedang menghadapi peperangan melawan Pangeran Diponegoro di Jawa dan mengeluarkan biaya yang banyak.

Baca Juga: Kenali Sejarah Makassar, Poros Maritim Nusantara Dulu dan Sekarang

Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol melakukan pemulihan kekuatan dan mengajak kaum Adat untuk berjuang bersama melawan Belanda.

Setelah perang Diponegoro usai, Belanda kembali mendirikan pos di wilayah Padri dan memicu Perang Padri Kedua dan berlangsung dari 1830 hingga 1837.

Berakhirnya Perang Padri

Setelah Perang Diponegoro berakhir pada 1830 dan ditangkapnya Pangeran Diponegoro , Belanda kembali ke tanah Minangkabau dan membangun benteng Fort de Kock.

Pada 11 Januari 1833, Belanda diserang kaum Padri dan kaum Adat. Belanda pun kembali melakukan strategi untuk melakukan penyerangan kepada mereka.

Pada tahun 1837, Belanda melakukan penangkapan kepada pemimpin Kaum Padri, Tuanku Imam Bonjol dan melakukan pengasingan ke Cianjur, Ambon dan Minahasa.

Perang dimenangkan oleh pihak Belanda dan berakhir di Daludalu pada tahun 1838. Akhirnya Kerajaan Pagaruyung jatuh ke tangan pemerintahan Hindia Belanda.

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI