Suara.com - Sekitar 50 ribu warga Korea Utara dikabarkan tewas di kamp karantina rahasia Covid-19. Menyadur Washington Times Senin (07/12), berita ini pertama kali disiarkan oleh situs berita besutan pembelot Korut, Daily NK.
Dalam siarannya, Daily NK menyebut korban tewas diantaranya adalah 42 ribu pasukan militer yang sudah dikonfirmasi oleh pejabat militer Korea Utara.
Washington Times tak bisa memverifikasi berita ini, namun seorang analis Korea Utara yang berbasis di Washington mengatakan informasi ini mungkin benar dan patut diwaspadai.
"Kami harus skeptis terhadap laporan ini, tetapi jika benar kami perlu waspada," kata David Maxwell, mantan perwira Pasukan Khusus AS dengan Yayasan Pertahanan Demokrasi di Washington.
Baca Juga: Pilkada 2020, Bagaimana Nasib Pasien Covid-19 di Bali yang Jalani Isolasi?
Klaim tentang kamp karantina rahasia bertepatan dengan laporan Korea Utara meretas perusahaan yang pengembang vaksin Covid-19, termasuk raksasa farmasi AS Johnson & Johnson.
Sumber yang menyelidiki peretasan mengatakan itu dimulai pada Agustus dan September, ketika perusahaan farmasi pbrlomba-lomba mengembangkan vaksin Covid-19, menurut laporan oleh Reuters dan The Wall Street Journal.
Kim Jong Un belum mengonfirmasi kasus virus corona di negaranya, tapi pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan Korea Utara yang terlibat dalam perdagangan dengan China berpeluang terinfeksi virus corona.
Dalam perkembangan terkait minggu ini, sebuah laporan yang mengutip intelijen Jepang mengklaim Kim Jong Un dan anggota tingkat tinggi rezim Korea Utara lainnya telah diberi vaksin Covid-19 oleh pemerintah China.
Laporan dari situs online 19FortyFive mengklaim dua sumber intelijen Jepang mengatakan Kim Jong Un dan beberapa pejabat rezim lainnya diberi vaksin dalam dua hingga tiga minggu terakhir.
Baca Juga: Alokasi Vaksin Covid-19 di Sleman Belum Fix, Ini Kata Dinkes Sleman