Kecewa dengan Politik
Hampir dua tahun, setiap harinya jutaan orang di Venezuela harus berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup. Mereka sedang menghadapi inflasi tahunan di atas 5.000% dan sekitar lima juta orang telah meninggalkan negara itu untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih stabil.
Pandemi memperparah masalah di negara itu.
Pada Januari 2019, Juan Guaido ketua Majelis Nasional yang memimpin pihak oposisi mengatakan bahwa dia akan mengakhiri pemerintahan Presiden Maduro Moros.
Dia berjanji memimpin negara itu menuju pemilihan yang bebas dan adil. Merujuk konstitusi yang memungkinkan dia untuk mengambil alih kekuasaan dan membuat banyak negara dengan cepat mendukungnya sebagai pemimpin sah Venezuela.
Puluhan ribu orang pun turun ke jalan untuk mendukungnya. Survei menunjukkan lebih dari 60% responden sepakat dengannya.
Tapi sejak kejadian itu, popularitas Juan Guaido anjlok hingga sekitar 25%. Presiden Maduro masih berada di Istana Miraflores, namun Venezuela tak jalan ke mana-mana, seperti menghadapi jalan buntu.
Guaido tetap bersikeras melakukan apa yang dia bisa, hingga memutuskan untuk mengadakan 'consulta popular' antara 7 dan 12 Desember nanti.
Menurut Guaido ini adalah referendum dengan pertanyaan kepada warga tentang masa depan politik negara.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Hanya 4 Persen Orang Kaya Menguasai Ekonomi Makassar?
Akan tetapi, menurut sejarawan Margarita Lopez Maya mengatakan ini merupakan situasi terburuk bagi para pemimpin dan partai politik oposisi sejak masa Hugo Chavez karena tak banyak warga yang terlihat antusias.