Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara perihal kasus harian Covid-19 di Jawa Tengah yang pada akhir November kemarin dinyatakan tertinggi di Indonesia.
Menurutnya, angka yang disampaikan pemerintah pusat terlalu berlebihan sehingga mengagetkan masyarakat.
"Diawali dari informasi yang mengagetkan semua orang, karena angka di tanggal 29 tinggi sekali, dan kemudian itu yang menjadi catatan semuanya. Sehingga dibawa dalam rapat dan Pak Presiden menyampaikan. Ya sayang saja bahwa angka itu ternyata tidak terlalu benar, tapi tidak apa-apa saya kira baik juga untuk memberikan peringatan setidaknya kepada gubernur Jawa tengah," katanya sebagaimana dikutip dari tayangan Mata Najwa, Rabu (02/12/2020).
Dari sorotan tajam yang dialamatkan kepadanya, Ganjar merasa hal itu sebagai pelajaran baginya sehingga tugas dia selanjutnya adalah menanyakan kenapa angka itu muncul.
Baca Juga: Bukan Soal Jumlah, Kenaikan Upah DPRD DKI Dianggap Tak Tepat Saat Pandemi
"Gede banget segitu dan dari mana sumbernya?" sambung Ganjar.
Meski ada perbedaan data dari Pemprov Jateng dan pusat, Ganjar mengaku sudah ada klarifikasi dari kementerian kesehatan bahwa beberapa angka itu memang ada yang keliru menginput, ada yang delay dan seterusnya.
"Buat saya cukup, dan besok pagi kita akan mengirimkan tim untuk saling cocok-cocokan data dan memperbaiki sistem yang saya harapkan di republik ini sistemnya satu aja, kan sudah ada all new record, pakai saja itu.
Tinggal ita melatih orang-orang inputer ini," lanjutnya.
Sehubungan dengan kasus yang melonjak, Ganjar mengakui Jawa Tengah memang ada peningkatan. Akan tetapi, angkanya tidak melonjak seperti yang dikatakan pemerintah pusat.
"Maka data-data delay itu disampaikan saja kepada publik, ada sekian data delay dan ini akan dilaunching setelah mendapatkan verifikasi atau klarifikasi," imbuhnya.
Baca Juga: Aa Gym Mau yang Pertama Disuntik Vaksin Covid 19, Asalkan Penuhi Syarat Ini
Inisiator Kawal Covid-19 Ainun Nadjib dalam kesempatan yang sama memberi penjelasan lebih lanjut soal perbedaan data antara Jateng dan Pemerintah Pusat.
"Spesifik untuk Jawa Tengah itu masalahnya di angka kematian, kematian yang dilaporkan oleh pusat itu hanya separuh dari total angka yang kami total dari kabupaten dan kota.
Di pusat total dilaporkan meninggal 2.393, sementara kita kumpulin itu totalnya sudah 4.566," urai Ainun yang terhubung secara virtual.
Oleh sebab itu, tambah Ainun, Ganjar Pranowo perlu menyidak dan perlu ditekan lagi untuk sinkron antara daerah dan pusat.
Sebab, tidak di Jawa Tengah saja yang terjadi perbedaan data melainkan juga di seluruh Indonesia secara umum, ketinggalannya itu sekitar 30% secara total.
"Jadi angka kematian nasional kita itu tidak menggambarkan besarnya wabah sesungguhnya di lapangan," ujar Ainun.
Meski begitu Ganjar menilai tingginya data di Jawa Tengah karena tes Covid-19 jauh lebih banyak dari daerah lain.
Video selengkapnya di sini.