Perang Armenia - Azerbaijan: 900 Tentara Suriah Tinggalkan Karabakh

Kamis, 03 Desember 2020 | 12:49 WIB
Perang Armenia - Azerbaijan: 900 Tentara Suriah Tinggalkan Karabakh
Ilustrasi tentara Suriah. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 900 tentara Suriah pro-Turki tinggalkan Karabakh setelah berakhirnya perang Armenia - Azerbaijan, ungkap Rami Abdel Rahman, pemantau perang Suriah yang berbasis di Inggris

Menyadur Arab News Kamis (03/12), gencatan senjata 9 November lalu mengakhiri perang yang berlangsung selama lebih dari sebulan ini.

Perang Armenia - Azerbaijan terjadi di wilayah kantong etnis Armenia yang memisahkan diri dari kendali Baku dalam perang tahun 1990-an.

Turki telah dituduh mengirim ratusan tentara bayaran Suriah untuk berperang bersama pasukan Azeri dalam konflik tersebut, namun Ankara membantah.

Baca Juga: Nyatakan Cinta pada Putri Presiden Assad, Tentara Suriah Ini Ditahan

Berdasarkan informasi kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, ada sekitar 2.580 tentara Suriah yang dikirim ke Baku dan 293 diantara tewas di medan pertempuran.

Tentara Thailand
Ilustrasi tentara. (Shutterstock)

"Lebih dari 900 tentara dari faksi pro-Ankara telah kembali ke Suriah dalam beberapa gelombang," yang terakhir terjadi pada 27 November," kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman.

Tentara lainnya diharapkan segera pulang dalam beberapa hari mendatang.

"Tentara yang pulang kembali ke bagian utara Suriah yang dilanda perang di bawah kendali pemberontak pro-Turki, termasuk Afrin, Jarabulus dan Al-Bab," kata Abdel Rahman.

Prancis pada pertengahan November meminta Rusia, yang menjadi perantara kesepakatan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan, menjernihkan ambiguitas terkait, termasuk mengenai kembalinya pejuang asing.

Baca Juga: Tukang Jagal ISIS Dijuluki Bulldozer Ditangkap Tentara Suriah

Seorang sumber diplomatik Prancis, yang tidak disebutkan namanya menyebut kepergian pejuang asing yang dikerahkan dalam konflik tersebut sebagai "elemen fundamental untuk stabilitas di kawasan."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI