Sempat Bikin Syok, Rocky Gerung Sebut Markas FPI Bukan di Jalan Petamburan

Kamis, 03 Desember 2020 | 10:57 WIB
Sempat Bikin Syok, Rocky Gerung Sebut Markas FPI Bukan di Jalan Petamburan
Rocky Gerung di Reuni 212 (YouTube).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung sempat membuat syok ketika menutup speech-nya dalam acara Reuni 212 bertajuk Dialog Nasional 100 Ulama, Rabu (2/12/2020). Rocky menyebut markas Front Pembela Islam bukan di Jalan Petamburan, Tebet.

Awalnya, Rocky Gerung menyoroti kondisi masyarakat yang dinilainya berada dalam suasana kecemasan. Dia mengulas pidato Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab yang mengatakan tidak perlu cemas jika memiliki peradaban persahabatan.

"Tadi istilahnya ukhuwah, yang bersifat global antarbangsa yang di dalam bangsa, yang berakar pada agama," ujar Rocky Gerung dalam acara tersebut seperti dikutip Suara.com, Kamis (3/12/2020).

Rocky Gerung pun memberikan perumpamaan dengan menyindir penurunan baliho yang menampilkan foto Habib Rizieq di sejumlah lokasi.

Baca Juga: FPI Soal Ancaman Penggal HRS: Ditemui Satu Laskar Juga Terkencing-kencing

"Nah, bagaimana mungkin menurunkan baliho-baliho akhlak itu kalau baliho-baliho itu dipasang di langit. Siapa yang mau memanjat langit," ujar Rocky Gerung disambut tawa dan tepuk tangan peserta Reuni 212.

Kemudian, Rocky Gerung menyoroti acara Reuni 212 yang ditayangkan di Youtube serta ditonton secara langsung oleh ribuan orang. Rocky menyebutnya sebagai Ukhuwah Youtubiyah alias persaudaraan antarsesama pengguna Youtube.

"Seluruh pikiran hari ini diikuti di Youtube. Ribuan orang mengikuti Youtube. Ini semacam Ukhuwah Youtubiah (disambut tawa peserta reuni 212), persaudaraan sesama pengguna Youtube," ujar Rocky Gerung.

Dalam kesempatan itu, Rocky Gerung juga menyambut para peserta dengan menyebut forum Reuni 212 ini sebagai tempat di mana akal sehat masih bisa dioperasikan. Ketika itu, Rocky Gerung menyebut markas FPI bukan di Jalan Petamburan.

"Jadi kalau ada orang yang bertanya di mana markas FPI? Bukan di Jalan Petamburan, tapi di jalan perubahan," tutur Rocky Gerung disambut takjub dan tepuk tangan para peserta Reuni 212.

Baca Juga: Viral Pria Ancam Penggal Kepala Habib Rizieq, FPI: Cari Sensasi

Pun demikian, kata Rocky, ketika orang bertanya di mana tempat mantan Panglima TNI sekaligus Presidium Kesatuan Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo. Bukan di Menteng yang merupakan markas KAMI, tapi di jalan perubahan.

"Jadi kita sebetulnya hari ini sedang merintis jalan baru, namanya jalan perubahan. Dan saya ingin supaya kita tempuh jalan ini dengan cara damai dan bermartabat," tutup Rocky Gerung dalam kesempatan tersebut.

Video lengkap saat Rocky berbicara bisa disaksikan di SINI

Sindir Jokowi tutup mata

Rocky Gerung mengatakan, sebagai pemimpin bangsa, Jokowi tidak menyiapkan protokol bernegara sebagaimana dituntut masyarakat kebanyakan.

Dia mengawali pernyataan tersebut dengan menyinggung protokol kesehatan.

"Sebetulnya kita di sini lengkap pakai protokol kesehatan. 212 mengawalinya," kata Rocky Gerung dikutip Suara.com dari LDTV.

"Tapi kita tuntut lebih dari itu. Kita ingin ada protokol bernegara," tegasnya melanjutkan.

Baru kemudian Rocky Gerung mengungkit Jokowi yang menurutnya tidak menyiapkan hal itu sehingga diperlukan guru untuk mengajarinya.

"Itu yang tidak disiapkan kepala negara. Karena itu kita perlu guru untuk mengajar cara bernegara," tukas Rocky Gerung.

Rocky Gerung lalu mengulas pidato sejumlah tokoh dalam acara Dialog Nasional 100 Ulama tersebut. Salah satunya dari Ahli Hukum Tata Negara Rocky Gerung dan Imam Besar FPI Habib Rizieq.

Menurut dia, pidato para tokoh secara tidak langsung menyiratkan bahwa ada kecemasan berlebihan dengan kondisi negara.

Rocky Gerung menerangkan, hal itu terjadi lantaran protokol bernegara tidak diterapkan dengan baik oleh pemerintah.

Bahkan, Rocky Gerung menyebut Jokowi melanggar berbagai kebijakan yang dia buat sendiri.

"Seluruh keterangan hari ini menunjukkan kita sedang dalam kecemasan karena protokol bernegara dilanggar sendiri oleh kepala negara. Berbagai kebijakan diselundupkan lewat kebijakan hukum dan ekonomi yang tidak punya dasar berpikir," ungkap Rocky Gerung.

"Itu yang disebut kebijakan negara yang ugal-ugalan," tandasnya menambahkan.

Lebih lanjut, Rocky Gerung membandingkan negara dengan Habib Rizieq.

"Habib Rizieq menerangkan asal usul kita bernegara dihubungkan dengan problem hari ini. Hal itu seharusnya kita dengar dari negara. Harusnya kekuasaan dirawat dengan akal pikiran," ucap Rocky Gerung.

"Setiap hari kita tuntut kepala negara untuk aktif menghasilkan keadilan. Kan itu dasarnya. Ketidakadilan kasat mata dan yang punya mata tutup mata untuk menghasikan keadilan," lanjutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI