Suara.com - Politikus Rachland Nashidik menyindir Gibran Rakabuming melalui cuitan akun jejaring sosial media Twitter @RachlandNashidik. Ia mencuitkan tentang makna hak yang fakultatif.
Rachland Nashidik menyebut hak itu fakultatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakultatif memiliki makna pilihan.
""Hak" itu fakultatif: digunakan atau tidak, terserah pemiliknya. Tentu saja dipilih dan memilih (untuk suatu jabatan publik) adalah hak setiap warga negara. Tapi menunda sampai bapaknya purna jabatan adalah etis. Agar kemungkinan penyalahgunaan kuasa dicegah, demi pemilu jurdil," tulis Rachland Nashidik, dikutip Suara.com, Rabu (2/12/2020).
Rachland Nashidik mengomentari sebuah artikel tentang dinasti politik
Baca Juga: Pakar : Pilkada 2020 akan Berjalan Aman dan Partisipasi Masyarakat Tinggi
Rachland Nashidik sebelumnya mengomentari sebuah artikel tentang dinasti politik.
"Solo dan Medan akan jadi saksi berdirinya dinasti Jokowi?" tulis Rachland Nashidik, dalam akun jejaring sosial media Twitter.
Selain itu, Rachland Nashidik juga menanggapi artikel tentang pelanggaran protokol kesehatan saat kampanye Pilkada 2020 di Solo, Jawa Tengah.
"Mas, sudah bayar denda?" cuit Rachland Nashidik. Cuitan ini telah disukai sebanyak 5,3 ribu pengguna.
Golkar Solo Pede Bisa Sumbangkan 27 Ribu Suara untuk Gibran-Teguh
Baca Juga: Pasien COVID-19 di DIY Terancam Tak Bisa Ikut Pilkada 2020
DPD II Partai Golkar Kota Solo mengklaim minimal bakal menyumbangkan lebih dari 20 ribu suara untuk pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa pada Pilkada yang berlangsung 9 Desember mendatang.
Ketua DPD II Partai Golkar, Koes Rahardjo menyebut, kalkulasi suara itu seperti saat Pileg 2019 silam.
"Jumlah itu jadi modal awal kami untuk dukungan ke Mas Gibran. Namun target kami bisa mencapai 25 sampai 27 ribu suara," kata Koes Rarhardjo kepada awak media, Minggu (29/11/2020).
Dia memaparkan, DPD II Golkar Solo sudah bergerak di 27 titik yang tersebar di Kota Bengawan untuk sosialisasi Gibran-Teguh. Karena di massa pandemi, Koes mengakui tak bisa menghadirkan banyak orang dalam setiap pertemuan atau maksimal 50 orang.
"Jumlah orang tiap pertemuan dikali 27 titik itulah yang menjadi ujung tombak kita atau istilahnya sebagai," tutur dia.
Koes Rahardjo tak menampik adanys arus bawah yang tidak sejalan atau setuju mendukung pasangan Gibran-Teguh. Namun dirinya menegaskan sebuah hal yang biasa dalam dinamika politik.
"Itu biasa. Di manapun juga yang namanya pro dan kontra itu pasti ada, kalau saya tidak mengenal Jokowi atau Gibran mungkin (dukungan-red) tidak seperti ini," paparnya.
"Hanya beberapa orang saja (yang beda dukungan). Biasanya mengajak orang untuk berbeda agar dianggap sebagai tokoh. Siapa saja bisa jadi yokoh asal bekerja untuk rakyat," tegas dia.
Sementara itu, Gibran menyebut baik dukungan yang diberikan partai berlambang pohon beringin itu. Dirinya juga berpesan kepada Koes Rahardjo untuk memastikan seluruh kader Golkar datang ke TPS.
"Dari awal kan (Golkar Solo) sudah konsisten mendukung saya, bahkan sebelum rekomendasi turun," ucapnya.