Suara.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo sudah tiba di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan kenaikan status Gunung Ili Lewotolok menjadi Level III atau Siaga setelah terjadi erupsi dan adanya peningkatan aktivitas gunung api pada Minggu (29/11/2020), Doni memberi perhatian secara khusus.
“Pak Doni sejak Senin berkegiatan di Istana Merdeka dan sejumlah aktivitas terkait kebencanaan lain, termasuk penanganan Covid-19. Tadi tengah malam, kami mendarat di Kupang dan hari ini, beliau tiba di Larantuka lanjut ke Lembata dengan helikopter. Ini komitmen hadirnya pemerintah pusat bersama pemerintah daerah di tengah masyarakat yang tertimpa musibah,” ujar Staf Khusus Kepala BNPB, Egy Massadiah, yang turut serta bersama rombongan.
Didampingi Wakil Gubernur NTT, Drs. Josef Nae Soi, anggota DPR RI, Dr M Ali Taher SH M Hum (asal Lamakera NTT), Doni Monardo menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo untuk masyarakat Lembata, NTT, khususnya para korban letusan Gunung Ilo Lewotolok. Pesan presiden, tetap tabah dan sabar menghadapi musibah, tidak melupakan protokol kesehatan, dan mengikuti arahan petugas kebencanaan demi keselamatan bersama.
Kunjungan Doni sesuai arahan presiden, agar BNPB terus mencermati perkembangan erupsi Gunung Ili Lewotolok. Berdasarkan laporan Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB, Senin (30/11/2020) pukul 22.00 WIB, ada 4.628 jiwa yang telah dievakuasi di 7 titik pengungsian.
Baca Juga: BNPB Latih 1000 Relawan Satgas Covid-19 di Sulawesi Selatan
“Serta merta beliau berangkat ke lokasi musibah,” ujar Egy.
Ia menambahkan, usai dari NTT, sDoni akan menuju Lumajang Jawa Timur, meninjau area terdampak lava Gunung Semeru.
Seperti halnya ketika mengunjungi lokasi pengungsian di sejumlah titik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, akibat erupsi Gunung Merapi, maka di Lembata pun, Doni menekankan pentingnya prosedur penyelamatan rakyat.
“Prinsipnya, keselamatan rakyat nomor satu. Selamat dari bencana gunung berapi, dan selamat dari paparan Covid-19,” kata Doni kepada wartawan di Lembata NTT.
Di daerah-daerah yang tertimpa musibah bencana alam, sejatinya memiliki ancaman ganda, yakni bencana alam dan non alam (pandemi). Dalam setiap usaha tanggap darurat atau tanggap bencana, protokol kesehatan harus masuk dalam protap kegiatan.
Baca Juga: Kunjungi Posko Merapi, BNPB Serahkan 2.500 Unit Rapid Test Antigen
“Concern Pak Doni, selain tersedianya fasilitas pengungsian yang memadai, juga dibarengi ketersediaan sarana mencuci tangan pakai sabun, ketersediaan masker, dan tempat pengungsian yang berjarak antara satu dan lainnya,” ujar Egy.
Berdasar pantauan Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok, erupsi masih terus terjadi, dan dimungkinkan akan terjadi erupsi susulan. Senin (30/11/2020), erupsi kolom abu setinggi 700 meter dari puncak (2.123 mdpl).
Erupsi tersebut terekam oleh seismogram dengan amplitudo maksimum 24 milimeter dengan durasi kurang lebih 2 menit, 25 detik.
“Kita berharap, intensitas erupsi susulan berangsur-angsur menurun, tanpa mengurangi kewaspadaan,” tandasnya.
Sejumlah lokasi pengungsian akan ditinjau oleh Doni, deputi, dan staf BNPB.
Seperti diberitakan sebelumnya, semua warga yang berada dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Ili Lewotolok, diungsikan.
“Kehadiran pemerintah pusat dan bantuan yang diberikan, semoga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat pengungsi. BNPB juga menempatkan dua buah helikopter, salah satunya jenis Chinook untuk mendukung penyaluran bantuan ke lokasi pengungsi," pungkas Egy.