Dipopulerkan Teroris Arab, Polri Usut Video Azan Hayya Alal Jihad di Masjid

Selasa, 01 Desember 2020 | 19:58 WIB
Dipopulerkan Teroris Arab, Polri Usut Video Azan Hayya Alal Jihad di Masjid
viral Azan Hayya Alal Jihad (twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah video seruan jihad yang diselipkan dalam lantunan azan beredar di media sosial. Usut punya usut kalimat hayya alal jihad itu sempat dipopulerkan oleh terdakwa terorisme di Arab Saudi.

Terkait hal itu, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Awi Setiyono enggan berkomentar banyak soal peristiwa tersebut. Dia berdalih, hingga kekinian polisi masih menyelidiki lokasi video yang melantunkan seruan jihad tersebut.

"Sedang diselidiki, lokasinya sedang diselidiki," kata Awi di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/12/2020).

Kalimat Hayya Alal Jihad yang diselipkan dalam lantunan azan diketahui kali pertama dicetuskan oleh oposan garis keras pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Baca Juga: Gus Sahal: Orang Islam Harus Mengakui Terorisme Penyakit Umat Muslim

Salah satu tokoh yang ikut memopulerkan kalimat "Hayya Alal Jihad" tersebut tidak lain adalah Salman Al-audah. Salman sendiri di Arab Saudi menjadi terdakwa terorisme.

Adapun kalimat "Hayya Alal Jihad" itu dipakai Salman Al-audan untuk melawan rezim pemerintah Arab Saudi.

Seperti dikutip dari Hops.id--media jaringan Suara.com, Doktor UIN Syarif Hidayatullah, M. Ishom El Saha dalam artikel yang dimuat di Alif.id menyebutkan Salman Al-Audan lahir di Al Bashr, dekat kota Buraiha, Al Qassim, Arab Saudi pada 1955.

Salman Al-Audah dikenal sebagai ulama sejak mengawali karir sebagai Imam Besar Masjid Al Bashra.

Di masjid tersebut, dia menyampaikan ceramah agama seputar hadis yang ada dalam kitab Bulughul Maram. Salman Al-Audah mengulas hadis pada kitab tersebut dengan pendekatan madzhab Hambali.

Baca Juga: Viral Azan Hayya Alal Jihad, Ternyata Awalnya Diciptakan Teroris Arab Saudi

Jiwa oposan Salman Al-Audah sendiri mulai terlihat saat dirinya mengkritik keras kebijakan Arab Saudi yang mendukung Amerika Serikat dalam Perang Teluk melawan Irak yang ingin menganeksasi Kuwait.

Dia menentang langkah pemerintah Arab Saudi dan mempertanyakan fatwa Bin Baz yang mendukung upaya penyerangan terhadap Irak tersebut.

Protes itu ternyata berbuntut panjang. Lantaran melawan kebijakan kerajaan, Salman Al-Audah ditangkap dan ditahan tanpa proses pengadilan.

Lebih lanjut, M Isho juga mengatakan, sikap oposisinya tercermin pula dalam buku berjudul Hayya Alal Jihad.

Salman Al-Audah mengaku, dirinya butuh waktu 20 tahun untuk menuliskan pikirannya dalam buku tersebut.

Dalam bukunya itu, Salman Al-Audah mengkritik pandangan ulama Sunni yang menyebut jihad fisik sudah berakhir dan menyisakan jihad akbar yakni melawan hawa nafsu.

Salman Al-Audah tidak setuju dengan pendapat para Ulama Sunni lantaran dia yakin jihad fiik akan tetap ada sampai hari kiamat tiba. Ujungnya, Salman Al-Audah dilabeli wahabi sampai diseret ke penjara.

Selang beberapa tahun, sikap keras Salman Al-Audah yang beroposisi dengan Arab Saudi akhirnya melemah.

M Ishom menuliskan, Salman Al-Audah mulai tunduk pada awal 2000-an. Oleh sebab itu, dia lalu ditawari posisi di Komisi Ifta' dan Mahkamah Syariah. Akan tetapi, jabatan tersebut tidak berlangsung lama lantaran dia kembali menjadi oposisi kerajaan Arab Saudi.

Kabar terakhir, 2018 lalu Salman Al-Audah didakwa pengadilan dengan 37 dakwaan terkait terorisme.

Setahun sebelumnya, Salman ditahan aparat lantaran dituduh mendukung Qatar dan dituding melakukan spionase.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI