Suara.com - Tindakan represif aparat terhadap warga sipil kembali terjadi. Kali ini, asrama mahasiswa Papua di Ambon yang dikenal dengan sebutan asrama Honai menjadi sasaran kepungan aparat.
Berdasarkan keterangan yang diterima Suara.com, sekitar 20-an Mahasiswa Papua di Kecamatan Wayame, kota Ambon dikepung dan diisolasi.
Aktivis Andi Kossay menceritakan kronologi kejadian pengepungan aparat yang membuat mahasiswa di asrama tersebut terisolasi.
"Ambon (30 November 2020). Pukul 22.21 WIT, ketika kawan-kawan hendak mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan aksi," kata Andi kepada Suara.com, Selasa (1/12/2020).
Baca Juga: Dosen UNG Dikeroyok Mahasiswa di Sekretariat UKM, Begini Ceritanya
Malam itu, Kepala RT, Bhabinkamtibmas, Tentara, intel, Polisi, Dosen Unpatti serta beberapa warga tiba-tiba masuk dan berdiri di depan pintu asrama.
Diduga pengepungan tersebut terkait dengan antisipasi aksi Peringatan 1 Desember sebagai hari deklarasi bangsa Papua, yang biasanya diperingati serentak secara nasional.
Mereka menginterogasi mahasiswa dengan memberondong sejumlah pertanyaan.
"Berapa orang yang didalam asrama, juga bertanya selain orang Papua, apakah ada orang lain?" tambah Andi menirukan pertanyaan aparat.
Setelah itu, mahasiswa Papua menanyakan balik alasan kedatangan mereka bertamu larut malam.
Baca Juga: Cocok untuk Mahasiswa Akhir, Petuah dari Pemilik Fotocopy Ini Bikin Ngakak
Sampai akhirnya perdebatan mulai terjadi, ketika Kepala RT, Dosen Unpatti (Perempuan), Polisi, Tentara, Intel dan babinkamtibmas memaksa masuk ke ruang tamu.
Perdebatan terus menerus terjadi antara pihak apartus desa, Intel dan bhabinkamtibmas dengan teman-teman Papua yang terus mendesak menanyakan keberadaan berapa orang dalam asrama.
Tidak hanya itu saja, provokasi beberapa kali dilakukan untuk mengadu domba mahasiswa dengan warga.
"Provokasi juga dilakukan oleh pihak aparat untuk membenturkan teman-teman Papua dengan warga seperti tidak memperingati 17 Agustus, tidak ada yang di tirikan di bangsa ini, tidak tau terimakasih. Juga kalimat makian seperti "semerlap" yang diartikan sebagai kata "biadab," beber Andi.
Hingga pukul 00.33 WIT, asrama Honai Papua masih terus di kepung/kelilingi, dijaga oleh aparat yang terus berdatangan, memantau dan berjalan di depan asrama Honai.
"Kami berada di dalam asrama Honai dan tidak bisa keluar dari Honai," pungkasnya.
Mahasiswa yang terisoolir di asrama tersebut juga mengirim sebuah pesan yang menjelaskan bagaimana keadaan mereka.
Para mahasiswa mengunggah foto berisi spanduk yang memuat tulisan permintaan tolong kepada masyarakat luar.
"Air minum kami habis, kami butuh minum. Kami lapar, tidak bisa keluar karena dikepung TNI/Polri," demikian tulisan tersebut.