Tukar dengan India, Indonesia akan Menjabat Presiden G20 di Tahun 2022

Senin, 23 November 2020 | 17:33 WIB
Tukar dengan India, Indonesia akan Menjabat  Presiden G20 di Tahun 2022
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato dalam KTT G20, Minggu (22/11/2020). [Foto: Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia akan menjadi presiden Group of 20 (G20) pada tahun 2022 setelah bertukar dengan India dan akan memimpin KTT ekonomi terbesar dunia pada 2023.

Menyadur The Straits Times, Senin (23/11/2020) Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan perubahan rencana itu disepakati mengingat Indonesia akan menjadi ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 2023.

"Semula Indonesia akan menjabat presiden pada tahun 2023," kata Menlu Retno Marsudi dalam konferensi pers pada Minggu (22/11).

"Namun mengingat pada tahun 2023 Indonesia juga akan menjabat sebagai Ketua ASEAN, maka Indonesia telah membahas (menukar) chairmanship timing G20 dengan India." sambungnya.

Baca Juga: 10 Lagu Galau Indonesia Terbaru yang Bakal Menemanimu

Menurut Retno, India juga memiliki rencana yang sama untuk menukar kepresidenan G20 pada tahun 2023. Tahun depan, Italia akan menjadi presiden G20.

KTT G20 2020 yang berlangsung secara virtual dengan Arab Saudi sebagai tuan rumah.[Antara News]
KTT G20 2020 yang berlangsung secara virtual dengan Arab Saudi sebagai tuan rumah.[Antara News]

Tahun ini KTT G-20 sedikit berbeda karena diadakan dalam format virtual mengingat dunia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19.

Pada KTT yang digelar oleh Arab Saudi selaku tuan rumah, berfokus pada distribusi vaksin Covid-19 dan pemulihan ekonomi.

Para pemimpin 20 negara ekonomi terbesar berjanji untuk memastikan distribusi vaksin Covid-19 yang adil dan merata ke seluruh dunia.

"Kami tidak akan menyisihkan upaya untuk memastikan akses mereka yang terjangkau dan setara bagi semua orang, sesuai dengan komitmen anggota untuk mendorong inovasi. Kami mengakui peran imunisasi ekstensif sebagai barang publik global." kata para pemimpin dalam draf komunike G20 yang disadur dari Channel News Asia,Minggu (22/11).

Baca Juga: Bicara Lawan di Piala Asia U-19, Jack Brown: Tak Boleh Remehkan Kamboja

Krisis pandemi dan pemulihan global yang tidak merata dan tidak pasti mendominasi pembahasan di hari pertama KTT G20.

"Kita harus bekerja untuk menciptakan kondisi akses yang terjangkau dan setara ke alat-alat ini untuk semua orang," kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dalam pidato pembukaannya.

Para pemimpin G20 khawatir bahwa pandemi akan semakin memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan yang miskin.

"Kita perlu menghindari dengan cara apa pun skenario di mana hanya yang lebih kaya yang dapat melindungi diri mereka sendiri dari virus dan memulai kembali kehidupan normal," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada pertemuan puncak itu.

Jerman menyumbang lebih dari 500 juta euro (Rp 8,4 triliun) untuk upaya tersebut, Kanselir Angela Merkel mengatakan kepada G20, mendesak negara-negara lain untuk melakukannya juga.

Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan untuk memberikan vaksin Sputnik V Rusia ke negara lain dan mengatakan Moskow juga sedang mempersiapkan vaksin kedua dan ketiga.

China juga menawarkan kerja sama untuk vaksin Covid-19. China memiliki lima kandidat vaksin yang sedang menjalani fase uji coba terakhir.

"China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam penelitian dan pengembangan, produksi, dan distribusi vaksin," kata Presiden Xi Jinping pada KTT G20.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI