KTT saat Pandemi, Para Presiden G20 Janji Danai Distribusi Vaksin Covid-19

Senin, 23 November 2020 | 07:59 WIB
KTT saat Pandemi, Para Presiden G20 Janji Danai Distribusi Vaksin Covid-19
Logo G20 dari kejauhan [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para pemimpin 20 negara ekonomi terbesar pada Sabtu (21/11) berjanji untuk memastikan distribusi vaksin Covid-19 yang adil dari vaksin, obat-obatan dan alat pengujian di seluruh dunia.

"Kami tidak akan menyisihkan upaya untuk memastikan akses mereka yang terjangkau dan setara bagi semua orang, sesuai dengan komitmen anggota untuk mendorong inovasi. Kami mengakui peran imunisasi ekstensif sebagai barang publik global." kata para pemimpin dalam draf komunike G20 yang disadur dari Channel News Asia,Minggu (22/11).

Krisis pandemi dan pemulihan global yang tidak merata dan tidak pasti mendominasi hari pertama KTT G20 di bawah kepemimpinan Arab Saudi, yang akan menyerahkan jabatan bergilir ke Italia bulan depan.

Pandemi Covid-19, yang telah membawa ekonomi global ke dalam resesi tahun ini, dan upaya yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi pada tahun 2021 menjadi agenda utama KTT tersebut.

Baca Juga: FPI Minta Maaf, Habib Rizieq Belum Bisa Penuhi Semua Undangan: Jeda Sejenak

WHO menyebut vaksin covid 19 masih belum tersedia luas pada pertengahan tahun 2021.
WHO menyebut vaksin covid 19 masih belum tersedia luas pada pertengahan tahun 2021.

"Kita harus bekerja untuk menciptakan kondisi akses yang terjangkau dan setara ke alat-alat ini untuk semua orang," kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dalam pidato pembukaannya.

Para pemimpin G20 khawatir bahwa pandemi akan semakin memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan yang miskin.

"Kita perlu menghindari dengan cara apa pun skenario di mana hanya yang lebih kaya yang dapat melindungi diri mereka sendiri dari virus dan memulai kembali kehidupan normal," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada pertemuan puncak itu.

Untuk melakukan itu, Uni Eropa mendesak para pemimpin G20 segera untuk mendonasikan lebih banyak uang pada proyek global untuk vaksin, tes, dan terapi - yang disebut Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator - dan fasilitas COVAX untuk mendistribusikan vaksin.

"Pada KTT G20 saya meminta 4,5 miliar dolar (Rp 63 triliun) untuk diinvestasikan di ACT Accelerator pada akhir tahun 2020, untuk pengadaan & pengiriman tes Covid-19, perawatan dan vaksin di mana-mana," kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Twitter. "Kita perlu menunjukkan solidaritas global," sambungnya.

Baca Juga: Arab Saudi Kembangkan Kurikulum Dorong Siswa Berpikir Kritis dan Toleran

Jerman menyumbang lebih dari 500 juta euro (Rp 8,4 triliun) untuk upaya tersebut, Kanselir Angela Merkel mengatakan kepada G20, mendesak negara-negara lain untuk melakukannya juga.

Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan untuk memberikan vaksin Sputnik V Rusia ke negara lain dan mengatakan Moskow juga sedang mempersiapkan vaksin kedua dan ketiga.

China juga menawarkan kerja sama untuk vaksin Covid-19. China memiliki lima kandidat vaksin yang sedang menjalani fase uji coba terakhir.

"China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam penelitian dan pengembangan, produksi, dan distribusi vaksin," kata Presiden Xi Jinping pada KTT G20.

"Kami akan ... menawarkan bantuan dan dukungan kepada negara berkembang lainnya, dan bekerja keras untuk membuat vaksin menjadi barang publik yang dapat digunakan dan dibeli oleh warga dari semua negara," sambungnya.

Presiden AS Donald Trumpjuga tak ketinggalan berpidato singkat kepada para pemimpin negara anggota G20 sebelum ia bermain golf.

Trump membahas perlunya bekerja sama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi, Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan dalam ringkasan yang dirilis Sabtu malam.

Trump tidak menyebutkan janji AS untuk mendukung upaya distribusi vaksin global. Menurut sebuah sumber mengatakan pernyataan Trump difokuskan pada apa yang dia gambarkan sebagai pemulihan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dorongan AS untuk mengembangkan vaksinnya sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI