Depresi saat Lockdown Covid-19, Ibu Tega Tembak Dua Anaknya, Satu Tewas

Kamis, 19 November 2020 | 10:24 WIB
Depresi saat Lockdown Covid-19, Ibu Tega Tembak Dua Anaknya, Satu Tewas
Ilustrasi pembunuhan (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang wanita di Connecticut, Amerika Serikat, tega menembak dua anaknya karena diduga depresi selama masa lockdown untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Menyadur New York Post, Naomi Bell, dari Plymouth, didakwa melalui video Senin di Pengadilan Tinggi New Britain atas tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Bell dengan tega menembak mati putrinya yang berusia 15 tahun dan juga menembak putranya yang berusia 7 tahun Jumat malam, Hartford Courant melaporkan.

Suami Bell mengatakan kepada polisi bahwa dia "mendengar teriakan yang mengerikan" saat berbicara di telepon dengan putranya saat dia kembali ke rumahnya di Terryville dari pertandingan bola basket.

Baca Juga: Cara Tim Medis Atasi Keletihan Terhadap Pandemi

Beberapa menit kemudian, suami Bell menemukan putranya dengan luka tembak di punggung, sementara putri mereka yang berusia 15 tahun berada di atas tumpukan pakaian dan tampak "pucat dan tak bernyawa" dan istrinya memegang pistol, ungkapnya kepada penyelidik.

"Saya mengambil bagian atas pistol dengan tangan saya dari tangannya dan meletakkannya di meja samping tempat tidur," kenang suami Bell. Ia menambahkan bahwa istrinya juga mengatakan dia ingin mati.

Polisi kemudian tiba di rumah dan menahan wanita 43 tahun tersebut saat paramedis melakukan pertolongan pertama pada putranya. Dia kemudian dirawat di Connecticut Children dalam kondisi kritis, sementara saudara perempuannya dinyatakan meninggal di rumah sakit.

Sedangkan suami Bell dan anak ketiga mereka yang tidak ada di rumah saat kejadian dan dalam kondisi baik-baik saja.

Selama penyelidikan, suami Bell mengatakan bahwa kondisi mental istrinya terguncang oleh kematian saudara perempuannya pada 2013 dan menjadi lebih buruk selama lockdown COVID-19. Bahkan Bell membutuhkan rawat inap di rumah sakit pada bulan April dan Oktober.

Baca Juga: Heboh Aplikasi Muslim Pro Jual Data ke AS, Pihak Pengembang: Tidak Benar

"Pada awal pandemi COVID, dia menjadi sangat tertekan dan memiliki pikiran delusi. Dia sedang menjalani pengobatan untuk depresi dan psikotik," kata suami Bell.

"Saya merasa dia tidak minum obat dan berpura-pura. Dia akan memberi tahu saya bahwa Homeland Security sedang mengitari rumah dan akan datang membawanya dan anak-anak jika dia mengatakan dia menyerah." sambungnya.

Bell juga pernah mencoba bunuh diri dengan pisau, kata suaminya kepada polisi.

Seorang pengacara Bell mengatakan dia tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya dan sebelumnya bekerja sebagai guru pengganti di distrik lokal.

Naomi Bell diperintahkan untuk ditahan dengan dendan 2,5 juta dolar (Rp 3,5 milar). Dia menghadapi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat jika terbukti bersalah dan akan kembali menjalani pengadilan pada 12 Januari.

Polisi negara bagian mengatakan hari Senin bahwa putra Bell yang berusia 7 tahun masih dirawat di rumah sakit di Hartford, tetapi tidak mendapat kabar terbaru tentang kondisinya, Connecticut Post melaporkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI