Etnis Sahrawi bertempur di bawah bendera Front Polisario yang didukung oleh jiran Maroko, yakni Aljazair dan Libya.
Kedua negara, terutama Aljazair, secara rutin memasok senjata dan perlengkapan perang bagi Front Polisario. Namun sejak gencatan senjata 1991, Maroko menguasai hampir 80% wilayah Sahara Barat, sementara sisa wilayah di sepanjang perbatasan dengan Aljazair dikuasai Republik Arab Sahrawi.
Eskalasi teranyar terjadi di Guerguerat yang terletak di perbatasan selatan. Di sini Maroko membangun jalur bebas hambatan menuju Mauritania sebagai koridor perdagangan.
Namun keberadaan pos tersebut dinilai mencederai perjanjian gencatan senjata. “Guerguerat adalah pemicunya. (Pos) itu adalah sebuah agresi,” kata Menlu Salem Ould Salek.
“Pasukan Sahrawi hanya membela diri dan merespon pasukan Maroko yang berusaha menggeser tembok perbatasan yang menandai garis demarkasi,” di bawah perjanjian 1991.
“Perang sudah dimulai. Maroko sendiri yang melikuidasi gencatan senjata.” rzn/hp(afp, rtr, dpa)
