Gadis 13 Tahun Dipaksa Menikah dengan Petani 43 Tahun

Rabu, 18 November 2020 | 15:49 WIB
Gadis 13 Tahun Dipaksa Menikah dengan Petani 43 Tahun
Ilustrasi pernikahan. (Pixabay/Stoksnap)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang gadis di Filipina yang baru berusia 13 tahun dipaksa menikah dengan pria berusia 48 tahun dan harus menjaga anak dari pernikahan sebelumnya.

Menyadur World of Buzz, gadis remaja tersebut setelah menikah harus menjaga anak-anak pria tersebut dari pernikahan sebelumnya, yang kebanyakan sebaya dengan gadis itu.

Menurut Harian Metro, remaja tersebut dipaksa menikah dengan seorang petani bernama Abdukrzak Ampatuan, di sebuah kota di Mamasapano, Maguindanao, Filipina.

Upacara pernikahanberlangsung pada 22 Oktober yang sejak itu menjadi viral di media sosial yang kemudian mengundang beragam komentar.

Baca Juga: Filipina Diguncang Gempa Magnitudo 6,1

Kabarnya, gadis itu dikatakan sebagai istri kelima dan melangsungkan upacara pernikahan secara Islami. Abdulrzak mengatakan dia tidak menyesal menikahi remaja seusia putranya, dan berencana memiliki anak dengan istri barunya saat dia berusia 20 tahun.

"Saya sangat senang bertemu dengannya dan bisa menghabiskan sisa hidup saya bersamanya," katanya. "Dia akan merawat anakku." sambungnya.

Abdulrzak menambahkan bahwa meski mereka belum siap memiliki anak, dia akan membiarkan istrinya untuk menyelesaikan studinya.

Pernikahan seperti ini diperbolehkan di tempat-tempat tertentu di Filipina, terutama di provinsi Mindanao yang mayoritas penduduknya Muslim, selama anak tersebut telah mencapai pubertas.

Data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki jumlah pengantin anak tertinggi ke-12 di dunia dengan 726.000.
Lima belas persen anak perempuan di Filipina menikah sebelum ulang tahun ke-18 dan dua persen menikah sebelum berusia 15 tahun.

Baca Juga: Topan Vamco Picu Banjir di Filipina, 26 Orang Tewas

Filipina juga merupakan satu-satunya negara di dunia yang melarang perceraian sehingga membuat rentan anak-anak perempuan di sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI