Tuntut Putus Hubungan dengan Prancis, 200 Demonstran di Pakistan Dicokok

Selasa, 17 November 2020 | 19:19 WIB
Tuntut Putus Hubungan dengan Prancis, 200 Demonstran di Pakistan Dicokok
Aksi protes di Pakistan menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Prancis.[Anadolu Agency]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 200 demonstran yang menuntut pemerintah Pakistan memutuskan hubungan dengan Prancis ditangkap ketika melakukan aksi di kota Rawalpindi.

Menyadur Gulf News, Selasa (17/11/2020) aksi protes tersebut diselenggarakan di kota Rawalpindi yang dipimpin oleh ulama radikal dan pemimpin Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) Khadim Hussain Rizvi.

Para demonstran menuntut agar pemerintah Pakistan memutus hubungan diplomatik dengan Prancis menentang pencetakan karikatur menghujat yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Unjuk rasa diikuti oleh sekitar 4.000 orang yang menuntut untuk diizinkan berada di kedutaan Prancis di Islamabad dan memulangkan duta besar Prancis. Pemerintah sejauh ini menolak untuk menerima tuntutan apa pun, namun mengizinkan mereka untuk melakukan protes.

Unjuk rasa berubah ricuh pada Minggu malam waktu setempat ketika para demonstran berusaha menembus area kedutaan Prancis.

Lusinan polisi dan pengunjuk rasa terluka dalam bentrokan ketika polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melempari batu.

Akibat dari bentrokan tersebut, lebih dari 200 pengunjuk rasa ditangkap sejak Minggu, menurut laporan media lokal.

Untuk mencegah massa menuju area diplomatik, petugas memasang kontainer dan kawat berduri untuk memblokir semua rute utama menuju Islamabad. Akibatnya, lalu lintas menjadi macet dan pertokoan tutup.

Layanan telepon seluler juga ditangguhkan selama lebih dari 24 jam untuk mencegah pengunjuk rasa berkoordinasi dan menghasut kekerasan.

Baca Juga: Dijual Suami Rp 950 Ribu, Istri Digilir Empat Pria

"Situasi berubah menjadi ricuh di sini," ujar Ijaz Ahmed, seorang jurnalis yang berbasis di Islamabad, mengatakan kepada Anadolu Agency.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI