Nikaragua kembali Dihantam Badai Dahsyat, Kecepatan Angin mencapai 250 Kpj

Selasa, 17 November 2020 | 15:34 WIB
Nikaragua kembali Dihantam Badai Dahsyat, Kecepatan Angin mencapai 250 Kpj
Ilustrasi badai. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah badai Eta dua minggu lalu, pantai Karibia Nikaragua kembali dihantam badai dahsyat Iota pada Senin (16/22) malam waktu setempat, yang menyebabkan kerusakan parah.

Menyadur The Associated Press, Pusat Badai Nasional AS badai Iota sempat masuk ke Kategori 5 yang berarti sangat berbahaya, namun akhirnya sedikit melemah ke Kategori 4, dengan kecepatan angin maksimum 250 kpj.

Pusatnya berada sekitar 45 kilometer atau sekitar 30 mil di selatan kota Puerto Cabezas di Nikaragua, juga dikenal sebagai Bilwi.

Badai Iota telah menghantam pantai Karibia di Nikaragua dan Honduras dengan hujan lebat dan angin kencang hingga memporak-porandakan bangunan.

Baca Juga: Angin Topan Goni, Ayah: Anak Saya Usia Lima Tahun Hanyut Tersapu Lahar

Badai Iota datang hanya 15 mil (25 kilometer) selatan tempat Badai Eta menghantam pada 3 November, juga sebagai badai yang masuk ke Kategori 4.

Hujan deras akibat badai Eta memenuhi tanah di wilayah tersebut, membuatnya rentan terhadap tanah longsor dan banjir, dan gelombang badai bisa mencapai 4,5 hingga 6 meter di atas pasang normal.

Di Bilwi, Adán Artola Schultz, seorang pemilik bisnis, bersiap di ambang pintu rumahnya saat hembusan angin yang kuat dan air hujan yang deras mengalir deras di jalan. Dia menyaksikan angin merobek struktur atap rumah besar berlantai dua dan menerbangkannya seperti kertas.

"Ini seperti peluru," katanya tentang suara struktur logam yang terbentur dan tertekuk oleh angin. "Ini adalah kerusakan ganda," katanya, mengacu pada kerusakan yang ditimbulkan oleh badai Eta 12 hari sebelumnya.

Yasmina Wriedt, salah satu warga yang berada do lingkungan tepi laut El Muelle di Bilwi juga ikut menyaksikan keganasan badai Iota.

Baca Juga: Wilayah Kepri Waspada Bencana, Gubernur Sampaikan Hal Ini

"Situasinya sama sekali tidak terlihat bagus," kata Wriedt. "Kami bangun tanpa listrik, dengan hujan dan ombak semakin tinggi."

Wriedt, yang bekerja untuk organisasi perikanan skala kecil bernama Piquinera, mengatakan atap rumahnya tertiup badai Eta kurang dari dua minggu lalu.

"Kami memperbaikinya sebaik mungkin. Sekarang saya pikir angin akan menerimanya lagi karena mereka bilang (Iota) lebih kuat lagi," katanya.

Selama badai Eta menerjang wilayah tersebut, ombak datang tepat di belakang rumahnya, tempat dia tinggal bersama delapan anggota keluarganya.

"Hari ini saya takut lagi kehilangan rumah dan saya takut pada kita semua yang tinggal di lingkungan ini," ungkap Wriedt.

Wriedt mengatakan tetangganya pergi untuk tinggal dengan kerabat di tempat lain, tetapi sebagian besar tetap tinggal di rumah mereka. "Kita hampir semua di sini, baik tentara maupun pemerintah tidak datang untuk memindahkan kami." katanya.

Cairo Jarquin, manajer proyek tanggap darurat Nikaragua untuk Catholic Relief Services, baru saja mengunjungi Bilwi dan komunitas pesisir yang lebih kecil pada hari Jumat.

Jarquin mengatakan dia menemukan kehancuran akibat dari badai Eta. Orang-orang telah bekerja keras untuk memasang kembali atap di atas kepala keluarga mereka, tetapi sekarang badai Iota mengancam akan mengambil yang tersisa.

"Anak kecil yang tetap berdiri bisa dihancurkan," kata Jarquin.

Evakuasi dilakukan dari daerah dataran rendah di Nikaragua dan Honduras dekat perbatasan bersama mereka selama akhir pekan.

Wakil Presiden Nikaragua Rosario Murillo, yang juga ibu negara, mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan segala hal yang diperlukan untuk melindungi kehidupan, termasuk evakuasi ribuan orang.

Rosario menambahkan bahwa Taiwan telah menyumbangkan 800 ton beras untuk membantu mereka yang terkena dampak badai.

Limborth Bucardo, dari kelompok etnis Pribumi Miskito, mengatakan banyak orang telah pindah ke gereja di Bilwi. Dia juga menjadi korban dari badai Eta bersama istri dan dua anaknya, saat ini ia memutuskan untuk tinggal bersama kerabat di lingkungan yang lebih aman.

"Kami belum selesai memperbaiki rumah kami dan menetap ketika badai lain datang," kata Bucardo. "Shelter di Bilwi sudah penuh, dipadati masyarakat (sekitar)." ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI