Suara.com - Wafatnya pendeta Yeremia Zanambani di Intan jaya, Papua, karena ditembak oleh diduga anggota TNI Alpius Hasim Madi, dinilai erat terkait rencana eksplorasi emas baru di Blok Wabu.
Sebabnya, Pendeta Yeremia merupakan tokoh masyarakat yang secara tegas bersama warga menolak Blok Wabu lantaran merusak alam serta merugikan rakyat Papua.
Hal tersebut diutarakan massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia, yang tergabung dalam aksi Papua Menggugat, Senin (16/11/2020).
Ambrosius Silait, salah satu demonstran, menjelaskan penembakan yang berujung tewasnya pendeta Yeremia akibat aksi operasi aparat di Intan Jaya, diduga tak terlepas dari adanya rencana eksploitasi emas di Blok Wabu.
"Jadi PT Inalum diteruskan ke Antam sehingga kekerasan penembakan terhadap pendeta Yeremia ini tidak terpisah dengan kepentingan yang didorong oleh pemerintah itu sendiri," kata Ambros di area Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Untuk itu, Ambros dan mahasiswa Papua menggelar aksi untuk menolak eksploitasi emas di Blok Wabu itu dihentikan. Pasalnya, operasi yang dilakukan aparat di sana saat ini tak terlepas dari hal tersebut.
"Pemerintah juga menggunakan segala cara untuk mengeksploitasi kekayaan alam Papua berupa emas di Blok Wabu (Gunung Wabu) di Intan Jaya, kematian Pendeta Yeremia tak lepas dari operasi militer di Intan Jaya yang tujuan utamanya adalah untuk mengekploitasi alamnya," tuturnya.
"Di mana negara yang dikuasai oleh kaum oligarki dan borjuasi telah mempersiapkan master plan untuk merebut Blok Wabu dari masyarakat Moni yang mendiami wilayah tersebut," sambungnya.
Adapun selain menolak Blok Wabu, massa Papua Menggugat juga menolak Otonomi Khusus di Papua dilanjut.
Baca Juga: Rakyat Papua Desak Penembak Mati Pendeta Yeremia Disidang di Pengadilan HAM
Otsus dinilai telah gagal. Selain itu, pendemo menolak adanya Omnibus Law yang dinilai hanya akan memperpanjang konflik soal lahan.