Suara.com - Massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia, yang tergabung dalam aksi Papua Menggugat, tertahan di area Patung kuda, medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (16/11/2020).
Mereka tertahan tak bisa mendekat ke Istana Negara, karena dihalang-halangi aparat kepolisian.
Aksi itu sendiri digelar untuk menolak pembangunan Blok Wabu, otonomi khusus untuk Papua dan Undang-Undang Cipta Kerja.
Pantauan Suara.com di lokasi, awalnya massa Papua Menggugat berkumpul di area Patung Kuda akan longmarch ke depan Istana Negara. Namun, aksi massa Papua ditahan oleh aparat kepolisian.
Baca Juga: Mahasiswa AMP Demo Istana Teriak Papua Bukan Merah Putih, Referendum!
Aparat beralasan, semua massa yang menggelar aksi demo hanya diperkenankan atau dipusatkan di area Patung Kuda. Hal itu dilakukan sejak beberapa minggu yang lalu.
Massa pendemo tak terima, pasalnya mereka mengklaim telah menyampaikan permohonan izin menggelar aksi sejak beberapa hari lalu yakni di depan Istana Negara. Massa menilai adanya larangan ini merupakan pembungkaman.
"Tujuan kami ingin menyampaikan orasi di Istana Negara. Oleh karena itu kami minta dibukakan jalan. Tujuan kami kemanusiaan. Kami ingin menyampaikan orasi di depan istana. Kami bukan teroris bapak. Kami biasa aksi di depan istana sana. Ini sama saja pembungkaman," kata Roland Levy, perwakilan massa.
Puluhan peserta aksi mencoba merangsek maju menerobos barikade polisi. Hal itu kemudian direspons polisi dengan bentangan kawat berduri.
Pendemo merasa kecewa, mereka pun ramai-ramai berteriak yel-yel yang salah satunya soal referendum.
Baca Juga: Dilarang Polisi Dekati Istana, Mahasiswa Papua Kompak Teriak Referendum
"Papua bukan Merah Putih, Papua bukan Merah Putih, Papua Bintang Kejora, Bintang Kejora. Baru-baru kau bilang Merah Putih. Papua? Merdeka, referendum? Yes," pekik massa di lokasi.
Ada pun orasi demi orasi masih disampaikan massa di lokasi. Aparat kepolisian masih bersiaga dari balik kawat berduri.
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan agenda yang diterima awak media, aksi tersebut rencananya digelar pukul 11.00 WIB siang. Dengan Area Patung Kuda sebagai titik kumpulnya.
"Iya kita akan gelar aksi," kata Roland Levy, Perwakilan AMP melalui pesan singkat kepada Suara.com, Senin.
Roland menjelaskan, konflik yang telah memakan ratusan ribu nyawa warga sipil atau orang asli Papua (OAP) terus terjadi, kejadian yang terakhir adalah kematian dari seorang pendeta bernama Yeremiah Zanambani.
Laporan terbaru dari 3 tim pencari fakta yang berbeda, semuanya menemukan bahwa aparat (TNI) adalah pelaku yang telah membunuh pendeta tersebut.
"Aparat (TNI) adalah pelaku yang telah membunuh pendeta tersebut, pembunuhan ini pun tak lepas dari kepentingan negara untuk mengekploitasi "Blok Wabu" di daerah Intan Jaya," kata Roland.
Kemudian latar belakang aksi ini juga, menurutnya, terkait dengan adanya rencana pemerintah yang ingin melanjutkan Otonomi Khusus atau Otsus di Papua. Padahal, Otsus dinilai telah gagal.
"Di sisi lain negara telah meloloskan Omnibus Law yang sangat tidak pro terhadap rakyat, hal ini sangat berbahaya bagi banyak sektor, dari sektor buruh sampai masyarakat adat bahkan lingukungan hidup, oleh karena itu, kami yang tergabung di dalam 'Papua Menggugat' akan menggelar aksi damai Tolak: Blok Wabu, Otsus dan Omnibus Law," tuturnya.