Suara.com - Israel telah melakukan tembak mati pada pentolan Al-Qaeda, Abdullah Ahmed Abdullah pada bulan Agustus. Berita ini pertama kali dimuat di New York Times pada hari Jumat (13/11).
Menyadur Times of Israel, Abdullah Ahmed Abdullah adalah salah satu perencana utama serangan yang menghancurkan dua kedutaan besar AS di Afrika pada tahun 1998.
Pria yang memiliki nama samaran Abu Muhammad Al-Masri ini juga dituduh memerintahkan serangan 2002 terhadap sebuah hotel milik Israel di Mombasa, Kenya yang menewaskan 13 orang dan melukai 80 lainnya.
Al-Masri sedang mengendarai mobilnya di dekat rumah ketika dua agen Israel dengan sepeda motor berhenti di samping kendaraannya dan melepaskan lima tembakan dari pistol berperedam.
Baca Juga: Ikut Sergap Anggota Al Qaeda, Anjing Militer Inggris Ini Dapat Penghargaan
Al-Masri tewas bersama putrinya, Miriam, yang menikah dengan putra almarhum Osama bin Laden, Hamza bin Laden. Pembunuhan tersebut belum secara terbuka diakui oleh AS, Israel, Iran atau Al-Qaeda.
AS sudah mengawasi Al-Masri dan anggota lain dari kelompok teroris di Iran selama bertahun-tahun.
Al-Masri adalah salah satu anggota paling awal di Al-Qaeda dan kemungkinan besar akan memimpin kelompok teror setelah ketuanya saat ini, Ayman Al-Zawahri.
Setelah penembakan itu, media Iran mengidentifikasi para korban sebagai seorang profesor sejarah dari Lebanon bernama Habib Daoud dan putrinya, Maryam, kata laporan New York Times.
Sebuah outlet berita Lebanon dan Korps Pengawal Revolusi Iran mengatakan korban adalah anggota kelompok teroris Hizbullah, yang didukung oleh Iran.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Komandan Al Qaeda Menginjak Bendera Merah Putih?
Daoud dan Maryam sebenarnya tidak ada. Seorang pejabat intelijen, dan mantan kepala kelompok Jihad Islam Mesir, mengatakan nama itu adalah alias yang diberikan Iran kepada Al-Masri.
Tidak jelas mengapa Iran menyembunyikan Al-Masri. Iran adalah negara Syiah, dan telah berperang dengan Al-Qaeda, sebuah organisasi jihadis Sunni.
Pejabat intelijen mengatakan kepada Times bahwa Al-Masri berada di tahanan Iran sejak 2003 dan tinggal di Teheran setidaknya sejak 2015. Saat berada di Teheran, dia dilindungi oleh Korps Pengawal Revolusi Iran tetapi diizinkan untuk bergerak bebas dan bepergian ke luar negeri.