Di Madura, "Gus" lebih dikenal dengan sebutan "Lora". Karenanya, di Madura, seorang putra kyai besar akan dipanggil Lora bukan Gus. Akan tetapi, maksud dan tujuannya sama yakni gelar yang tersemat kepada putra keturunan kyai.
Meskipun begitu, ada juga sebuah pengecualian. Di mana sebutan gus juga dijadikan lambang keilmuan dan akhlak sosial seseorang. Gus menjadi tidak hanya sebagai lambang keturunan kyai, melainkan juga penguasaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan. Di masyarakat, kerap terjadi penyematan "Gus" kepada seseorang yang bukan keturunan kyai dari pesantren. Hal itu terjadi karena anak laki-laki tersebut memiliki kecakapan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama yang luas dan mendalam. Sehingga, secara aura, keilmuan dan perilaku sosialnya pantas diberi gelar "Gus."
Berpandangan dari semua aspek di atas, maka beda habib dan gus bergantung pada garis keturunan dan penguasannya terhadap ilmu agama.
Kontributor : Mutaya Saroh