Desak PM Thailand Mundur, 2.500 Demonstran Nyanyi dan Joget Ejek Pemerintah

Sabtu, 14 November 2020 | 20:21 WIB
Desak PM Thailand Mundur, 2.500 Demonstran Nyanyi dan Joget Ejek Pemerintah
Foto Ilustrasi - Para pedemo pro demokrasi memadati jalan saat aksi protes anti pemerintah, pada peringatan 47 tahun pemberontakan mahasiswa tahun 1973, di Bangkok, Thailand, Rabu (14/10/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/FOC/djo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ribuan orang bergabung dalam protes di Bangkok pada Sabtu (14/11/2020), rangkaian terbaru dalam demonstrasi menuntut Perdana Menteri Thailand mundur dan pembatasan kekuasaan kerajaan.

Menyadur Channel News Asia, sekitar 2.500 pengunjuk rasa berkumpul di Monumen Demokrasi di Bangkok, berjoget dan menyanyikan lagu mengejek pemerintah.

Thailand telah dilanda gelombang protes anti pemeritah selama beberapa bulan terakhir, dengan massa menyerukan reformasi atas kepemimpinan monarki.

Fokus awal protes yang dimulai pada Juli adalah mengupayakan pencopotan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha.

Baca Juga: Emak-emak di Serang Demo Tuntut Tempat Hiburan Malam Ditutup

"Bukan hanya tidak kompeten, dia jugatidak memiliki legitimasi," seru aktivis Sombat Boonngamanong dengan pengeras suara, di hadapan demonstran.

Demonstrasi di Thailand. (BBC Indonesia)
Demonstrasi di Thailand. (BBC Indonesia)

"Thailand tidak berkembang karena Prayut," sambungnya.

Kepolisian mengatakan pihaknya tidak akan menggunakan kekerasan untuk menindak demostran yang beraksi pada Sabtu.

Sekitar 5.100 personel tentara dikerahkan untuk menjaga ketertiban dan keamanan unjuk rasa.

Sementara di dua kilometer dari Monumen Demokrasi, ribuan bangsawan dilaporkan menunggu kedatangan raja di mana dia akan menghadiri upacara pembukaan stasiun kereta bawah tanah.

Baca Juga: Konsumsi Viagra, Sopir Taksi Tewas Gegara Kelelahan saat Pesta Seks

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka akan berbalik ketika iring-iringan mobil kerajaan lewat.

Demostran disebutkan semakin kuat menyerukan reformasi untuk menggulingkan monarki. Melanggar tabu dengan mengkritik pemerintahan.

Seperti diketahui, Thailand menerapkan undang-undang lese majeste, di mana pengkritik kerajaan dapat dihukum dengan 15 tahun penjara.

Pekan lalu, ribuan pengunjuk rasa terkena guyuran meriam air yang disemprotkan aparat ketika mereka berbaris di Grand Palace untuk menuntut pembatasan kekuasaan kerajaan.

Istana Kerajaan Thailand disebutkan belum memberikan komentar apa pun sejak dimulainya gelombang protes.

Kendati demikian, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn, dua pekan lalu, mengatakan para demonstran masih dicintai dan bahwa negaranya adalah tanah kompromi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI