Raja Salman Tegaskan Iran sebagai Negara Penyokong Terorisme

Reza Gunadha | Rima Suliastini
Raja Salman Tegaskan Iran sebagai Negara Penyokong Terorisme
Raja Salman bin Abdulaziz al Saud. (AFP)

Raja Salman menyerukan dunia agar bersikap tegas pada Iran.

Suara.com - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mendesak dunia internasional pada hari Kamis (12/11) untuk mengambil sikap tegas pada Iran.

Menyadur Al Jazeera, seruan ini dibuat untuk mengatasi upaya Iran dalam mengembangkan program rudal nuklir dan balistik.

Dalam pidato tahunannya kepada badan penasihat pemerintah tertinggi, Raja Salman juga menegaskan Iran sebagai negara sponsor terorisme.

"(Kami) menolak campur tangan Iran dan juga dukungannya untuk pengembangan terorisme, sektarianisme," ujar Raja Salman.

Baca Juga: Kehabisan Rudal, Pilot F-15 AS Tembak Drone Iran dengan Senjata Api!

"Kami menyerukan komunitas internasional agar bersikap tegas terhadap Iran dan menjamin Iran agar tidak mendapatkan senjata pemusnah massal dan mengembangkan program rudal balistiknya."

Tidak ada reaksi langsung dari Iran atas pernyataan ini. Teheran menggambarkan pernyataan Raja Salman di PBB sebagai "tuduhan tak berdasar" dan membantah telah mempersenjatai kelompok di Timur Tengah.

Raja Salman didampinngi putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. [AFP]
Raja Salman didampinngi putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. [AFP]

Kantor berita negara SPA menerbitkan transkrip lengkap pidato Raja Salman setelah tengah malam, dan televisi pemerintah menyiarkan foto-foto yang memperlihatkan Raja Salman sedang bicara pada anggota dewan melalui tautan video dari istananya.

Ketegangan meningkat di kawasan itu sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir penting dengan kekuatan dunia pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang ketat terhadap Republik Islam.

Arab Saudi mendukung aksi Trump dalam menekan Iran, tapi Biden mengatakan akan kembali ke pakta nuklir 2015 antara kekuatan dunia dan Teheran, kesepakatan yang dinegosiasikan ketika Biden menjadi wakil presiden dalam pemerintahan Barack Obama.

Baca Juga: Iran Tegas Dukung Hizbullah, Kecam Kegagalan Israel soal Lebanon Selatan