Trump Tak Akui Kekalahan, Biden: Saya Pikir Ini Hal yang Memalukan

SiswantoBBC Suara.Com
Rabu, 11 November 2020 | 17:40 WIB
Trump Tak Akui Kekalahan, Biden: Saya Pikir Ini Hal yang Memalukan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Joe Biden menyebut penolakan Presiden Donald Trump untuk mengakui kekalahan dalam pemilihan presiden pekan lalu sebagai hal yang "memalukan".

Namun sang presiden AS terpilih - yang telah berbicara dengan sejumlah pemimpin negara asing - bersikeras bahwa tidak ada yang akan menghentikan perpindahan kekuasaan.

Sementara itu, Trump menyatakan dalam serangkaian twit bahwa ia pada akhirnya akan memenangkan pemilihan meski ia telah diproyeksikan bakal kalah.

Sebagaimana yang terjadi setiap empat tahun, media AS memproyeksikan pemenang pemilihan presiden.

Baca Juga: Joe Biden Berbicara ke Para Pemimpin Eropa: Amerika Telah Kembali

Belum satu pun hasil di negara bagian yang disertifikasi, penghitungan suara di beberapa tempat masih berlangsung, dan hasil pemilu hanya akan diketahui secara pasti setelah Electoral College AS bertemu pada 14 Desember.

Apa kata Biden?

Sang presiden-terpilih ditanyai oleh seorang reporter pada hari Selasa, tentang pandangannya terhadap penolakan Trump untuk mengakui kekalahan.

"Saya pikir ini hal yang memalukan, jujur saja," kata Biden, seorang politikus Demokrat, di Wilmington, Delaware.

"Satu-satunya, bagaimana saya bisa mengatakan ini dengan hati-hati, saya pikir ini tidak akan membantu warisan sang presiden."

"Ujung-ujungnya, Anda tahu, semua hasilnya akan terlihat pada 20 Januari," imbuhnya, mengacu pada hari pelantikan.

Baca Juga: Pompeo Ogah Akui Kemenangan Joe Biden, Diplomat AS Tanggapi Sinis

Biden telah bercakap-cakap lewat telepon dengan beberapa pemimpin negara asing sembari bersiap untuk menjabat.

PM Inggris Boris Johnson, PM Irlandia Micheál Martin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel termasuk di antara mereka yang berbicara dengannya pada hari Selasa.

Mengenai percakapan tersebut, Biden berkata: "Saya memberi tahu mereka bahwa Amerika telah kembali. Kita kembali bermain."

Ia beserta Wakil Presiden terpilih Kamala Harris terus melakukan proses transisi. Namun satu lembaga pemerintah pimpinan pejabat yang ditunjuk Trump menghalang-halangi proses tersebut.

Badan Administrasi Umum mengkoordinasikan pendanaan dan akses kepada departemen federal untuk pemerintahan yang akan datang. Namun, ia sejauh ini menolak untuk secara formal mengakui Biden sebagai presiden-terpilih.

Meski demikian, sang presiden-terpilih berkata: "Kami tidak melihat ada yang memperlambat kami, sejujurnya."

Apa kata Trump dan para sekutunya?

Pada Selasa (10/11) Trump mengirim beberapa twit dalam huruf kapital tentang "kecurangan masif dalam penghitungan surat suara," sambil menegaskan: "Kita akan menang!"

Twit-twitnya diberi label yang menyatakan klaim tersebut "diperdebatkan" (disputed) oleh Twitter.

Sang presiden telah membuat klaim tak berdasar bahwa Biden hanya bisa memenangkan pemilu melalui kecurangan, namun sejauh ini belum ada bukti yang mendukung tuduhan itu.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, seorang loyalis Trump, berkata kepada konferensi pers di Departemen Luar Negeri pada hari Selasa bahwa setelah setiap suara "legal" dihitung, "periode kedua pemerintahan Trump" akan dimulai.

Sebagian besar rekan Trump di partai Republik telah menahan diri untuk mengakui proyeksi kemenangan Biden.

Ketika ditanyai mengapa ia belum mengucapkan selamat kepada sang politikus Demokrat, Senator Ron Johnson dari Wisconsin berkata pada hari Selasa: "Tidak ada alasan untuk mengucapkan selamat."

Senator Missouri Roy Blunt berkata Trump "bisa jadi belum dikalahkan sama sekali".

Pemimpin fraksi Republik di Senat, Mitch McConnell berkata bahwa Trump punya hak untuk mengajukan gugatan hukum terkait hasil di beberapa negara bagian kunci seperti Pennsylvania.

Apa yang terjadi dengan pemilihan Senat?

Pada hari Selasa (10/11), partai Republik mendapat dorongan dalam upaya mereka untuk mempertahankan mayoritas di majelis tinggi Kongres setelah seorang penantang dari Demokrat mengakui kekalahan dalam pemilihan di Carolina Utara.

Petahana Partai Republik Thom Tillis terpilih kembali setelah lawannya dari Partai Demokrat, Cal Cunningham, dilanda skandal perselingkuhan.

Dengan hasil yang pasti di North Carolina, semua mata sekarang akan tertuju ke Georgia, tempat dua kursi senat yang saat ini dipegang oleh Partai Republik akan diputuskan dalam pemilihan putaran kedua pada Januari mendatang.

Jika Demokrat memenangkan kedua kursi itu - yang tidak akan mudah - mereka masih bisa menguasai Senat. Itu karena, jika terjadi perolehan kursi yang seri 50-50, wakil presiden akan menentukan hasilnya, dan Kamala Harris akan menjabat pada Januari.

Pekan lalu, Partai Republik juga berhasil merebut kembali kursi Senat Alabama yang dimenangkan oleh Demokrat pada 2018, meskipun mereka kehilangan kursi di Colorado dan Arizona. Kandidat Partai Republik saat ini memimpin dalam pemilihan di Alaska, tempat suara masih dihitung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI