50 Warga Mozambik jadi Tumbal Kekerasan Kelompok yang Terkait dengan ISIS

Selasa, 10 November 2020 | 15:40 WIB
50 Warga Mozambik jadi Tumbal Kekerasan Kelompok yang Terkait dengan ISIS
Ilustrasi kelompok afiliasi ISIS. (Mirror)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 50 orang di Mozambik dipenggal oleh sekelompok islam ekstremis di sebuah lapangan sepak bola setelah menolak bergabung dengan gerakan tersebut.

Menyadur Independent, serangan itu dilakukan oleh kelompok yang terkait dengan ISIS di desa Muatide di provinsi Cabo Delgado yang dilanda konflik.

Kantor berita Mozambik mengatakan para penyerang membakar beberapa desa, menangkap, serta mengumpulkan orang-orang dari hutan terdekat di satu lapangan sepak bola, kemudian para korban dipenggal dan tubuh mereka dipotong-potong.

Wilayah Mozambik utara yang kaya gas telah dilanda konflik melibatkan kelompok lokal yang berafiliasi dengan ISIS yang dikenal sebagai Ahlu Sunnah Wa-Jamo, atau al-Shabaab secara lokal. Kelompok tersebut justru tidak terkait dengan kelompok pemberontak di Somalia yang lebih terkenal.

Baca Juga: Korban Tewas Akibat Topan Idai di Afrika Naik Jadi 843

Dalam serangan lain pada April 2020, 52 orang dibunuh setelah mereka menolak bergabung dengan barisan militan.

Sementara pada Maret para militan membakar gedung-gedung pemerintah termasuk markas polisi dalam serangan yang menewaskan puluhan pejabat penegak hukum.

Pada Mei 2018, setidaknya 10 orang dipenggal kepalanya di dua desa di Mozambik utara yang dekat dengan perbatasan mereka dengan Tanzania.

Kelompok tersebut telah menargetkan desa-desa terpencil selama beberapa bulan terakhir dan mereka mencoba untuk memberikan pengaruh besar di wilayah tersebut, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Menurut laporan BBC, pemerintah Mozambik telah meminta bantuan internasional dalam melatih pasukannya untuk mengendalikan pemberontakan.

Baca Juga: Mozambik Terancam Kelaparan Usai Diterjang Topan Idai

"Kejahatan keji dan mengerikan atas nama keyakinan dan ideologi. Kita semua harus bersatu untuk mengakhiri keyakinan totaliter yang tidak memiliki belas kasihan dan penebusan," cuit aktivis hak asasi manusia Ayaan Hirsi Ali.

Pengacara internasional dan aktivis hak asasi manusia Hillel Neuer juga menyatakan kekecewaan atas insiden tersebut.

"Penduduk desa yang melarikan diri ditangkap, dipenggal & dipotong-potong dalam kekejaman yang dilakukan dari Jumat malam hingga Minggu. Dewan Hak Asasi Manusia PBB — yang menghabiskan hari ini untuk mengkritik AS — akan mengatakan & melakukan 0," cuit Neuer.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI