Suara.com - Joe Biden menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, mengalahkan Donald Trump, menyusul penghitungan suara yang berjalan menegangkan setelah pemilu Selasa (03/11) lalu.
BBC memproyeksikan Biden menang di negara bagian kunci Pennsylvania, mengantarkannya ke perolehan suara elektoral sebanyak 273 - melebihi batas minimal 270 yang diperlukan untuk menuju Gedung Putih.
Tim kampanye Trump menyatakan calon mereka belum mempunyai rencana untuk mengaku kalah sementara tim legal mengatakan akan mulai bekerja pada Senin (09/11).
Biden mengatakan kini saatnya bagi Amerika untuk "bersatu" dan membuang kemarahan.
Baca Juga: Menangkan Pilpres AS, Joe Biden Diprediksi Bawa Angin Segar Bagi Indonesia
"Kampanye telah berakhir, saatnya melupakan kemarahan dan retorika kasar dan bersatu sebagai bangsa," katanya.
Dalam cuitannya, Biden mengatakan, "Amerika, saya merasa terhormat, telah memilih saya memimpin negara besar kita."
"Kerja di depan kita akan sulit, namun saya berjanji, saya akan menjadi presiden untuk semua warga Amerika - terlepas dari apakah Anda memilih saya atau tidak," tulis Biden pada Sabtu (07/11).
"Saya akan tetap menjaga kepercayaan yang Anda berikan kepada saya."
https://twitter.com/JoeBiden/status/1325118992785223682
Baca Juga: Joe Biden: Amerika, Saya Berjanji Menjadi Presiden Untuk Semua
Kamala Harris akan menjadi wakil presiden perempuan pertama dalam sejarah Amerika.
Hasil ini menunjukkan Trump adalah presiden pertama yang tidak terpilih lagi untuk masa jabatan kedua sejak 1990-an.
Upaya legal akan dimulai Senin
Menanggapi hasil ini, anggota tim legal dalam jumpa pers di Philadelphia mengatakan akan memulai proses legal pada hari Senin (09/11).
Rudy Giuliani, kuasa hukum dan juga rekan dekat Trump, mengklaim warga Philadelphia, Pennsylvania yang telah meninggal termasuk yang tercatat memilih tahun ini. Namun sejauh ini tidak ada bukti.
"Tidak bisa keunggulan itu hilang tanpa adanya korupsi," kata Giuliani mengacu pada keunggulan Trump pada awal pemilihan, saat suara melalui pos belum dihitung.
Negara bagian lain dengan perkiraan kemenangan Biden
Proyeksi BBC atas kemenangan Biden didasarkan pada hasil tidak resmi dari negara-negara bagian yang telah selesai menghitung suara, dan hasil yang telah diperkirakan dari negara-negara bagian seperti Wisconsin, sementara penghitungan suara yang masih berlangsung.
Tiga negara bagian lain, Arizona, Nevada dan Georgia, masih belum mengumumkan hasil dan sejauh ini juga menunjukkan keunggulan Biden.
Pemilu kali ini diikuti oleh pemilih paling banyak sejak 1900.
Biden meraih lebih dari 73 juta suara sejauh ini, suara paling banyak untuk calon presiden dalam sejarah Amerika.
Sementara, Trump memperoleh hampir 70 juta suara, suara kedua terbanyak dalam sejarah.
Kemenangan ini menjadikan Biden sebagai presiden AS yang ke-46, dan presiden tertua di Amerika dengan usia yang menginjak 78 tahun.
President Trump sebelumnya memperingatkan Biden untuk tidak mengumumkan kemenangan - sehari setelah dia sendiri menyatakan kemenangan, walaupun penghitungan masih pada tahap awal.
Secara keseluruhan, jumlah pemilih yang memberikan suara dalam Pilpres AS merupakan yang tertinggi dalam 120 tahun dengan sekitar 66.9%.
Kepada para pendukungnya, pada Jumat malam waktu setempat (Sabtu pagi WIB), Biden kembali mengatakan bahwa "jumlah menunjukkan berita yang jelas, kami akan menang pemilihan."
Biden - didampingi Kamala Harris - mengatakan ia berada dalam jalur untuk menang lebih dari 300 suara elektoral dan menyatakan jumlah orang yang memilihnya merupakan rekor dalam sejarah pemilihan presiden AS - lebih dari 74 juta.
- Pilpres AS: Bagaimana Joe Biden mengubah kebijakan luar negeri AS?
- Siapakah Kamala Harris, calon wakil presiden Joe Biden
- Media internasional soroti 'kekacauan dan kegilaan' Pilpres AS
Biden juga mengatakan warga Amerika memberinya mandat untuk menangani pandemi virus corona, perekonomian, perubahan iklim dan rasisme sistemis.
Data kasus positif pada Jumat, menunjukkan kasus baru Covid-19 lebih dari 127.000, rekor baru dalam tiga hari.
Calon dari Partai Demokrat menyebut dirinya calon untuk persatuan setelah pemilihan yang sangat ketat.
"Kita bisa saja menjadi oposisi namun kita bukan musuh, kita warga Amerika," kata Biden tanpa menyinggung lawannya dari Partai Republik, Trump.
Namun Trump kembali melontarkan berbagai tuduhan yang tidak ada buktinya dalam serangkaian cuitan, unggahan-unggahan yang mendapatkan peringatan dari Twitter.
Empat unggahan disebut Twitter dapat disanggah atau dapat menggiring ke hal yang salah.
Cuitan Sabtu (07/11) termasuk klaim Trump bahwa adanya suara ilegal yang tiba pada hari pemilihan di negara bagian seperti Pennsylvania, sehingga menghapus keunggulannya.
Keunggulan Jo Biden terjadi di empat negara bagian penting - Pennsylvania, Georgia, Arizona dan Nevada - seiring dengan penghitungan suara lewat pos.
Suara lewat pos baru belakangan dihitung setelah penghitungan suara orang yang memilih langsung ke TPS. Perkembangan penghitungan seperti ini telah diperkirakan oleh para analis menjelang pemilu, dan bahwa banyak yang memberikan suara melalui pos adalah pendukung Demokrat.
Trump sendiri tidak memberikan bukti apapun terkait tuduhan lewat Twitter.
Penjagaan diperketat
Dinas keamanan AS meningkatkan keamanan terhadap Joe Biden termasuk menetapkan pembatasan penerbangan di atas kediaman Joe Biden di Wilmington, Delaware.
Pembatasan penerbangan sementara, Temporary Flight Restriction (TFR) ditetapkan di seputar kediaman Biden, atas permintaan Dinas Rahasia.
Pada tanggal 4 November, radius pembatasan diperluas menjadi hampir lima kilometer sampai paling tidak 11 November.
Mereka yang melanggar dapat menghadapi penjara maksimal 12 bulan dan denda US$100.000 (Rp1,4 miliar).
Pembatasan penerbangan ini merupakan prosedur yang biasa dilakukan untuk tokoh politik penting.
Namun, rincian keamanan untuk presiden terpiih akan jauh lebih besar skalanya.