Monyet-monyet Penghuni Gunung Merapi Kirim Tanda Alam

Siswanto Suara.Com
Sabtu, 07 November 2020 | 22:18 WIB
Monyet-monyet Penghuni Gunung Merapi Kirim Tanda Alam
Puncak Gunung Merapi terlihat dari Sungai Gendol, Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (3/5). [ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Lebih tinggi dibanding minggu lalu," katanya, Sabtu (7/11/2020).

Sebagai perbandingan, data pengamatan Gunung Merapi pada rentang 23-29 Oktober, terjadi 81 kali gempa vulkanik dangkal, 864 kali gempa multifase, 10 kali gempa low frekuensi, 376 kali gempa guguran, 286 kali gempa hembusan dan tujuh kali gempa tektonik.

Meski demikian, analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara pada 3 November 2020 dibanding 30 Oktober 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. Perhitungan kubah lava pada hati yang sama yakni sebesar 200.000 meter persegi.

"Tidak teramati pula adanya material magma baru," ujarnya.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan Electronic Distance Measurement pada rentang pengamatan tersebut menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 9 sentimeter per hari.

Meski terjadi hujan, tidak dilaporkan adanya lahar atau penambahan aliran di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Adapun laporan harian pada Sabtu (7/11/2020), dari pengamatan pukul 00.00-12.00 WIB tercatat 22 kali gempa guguran, 8 kali gempa hembusan, 1 kali gempa low frekuensi, 56 gempa multifase dan 10 kali gempa vulkanik dangkal.

Dari data tersebut, status aktivitas Gunung Merapi masih Siaga sejak Kamis (5/11/2020) lalu. Aktivitas tambang dan wisata dilarang di kawasan rawan bencana III.

Pemerintah daerah di sekitar Gunung Merapi diminta untuk mempersiapkan segala keperluan mitigasi karena erupsi bisa terjadi setiap saat.

Baca Juga: Juru Kunci Merapi: Batu Jatuh Suaranya Gembludug, Sinyal Meliuk-liuk

REKOMENDASI

TERKINI