Monyet-monyet Penghuni Gunung Merapi Kirim Tanda Alam

Siswanto Suara.Com
Sabtu, 07 November 2020 | 22:18 WIB
Monyet-monyet Penghuni Gunung Merapi Kirim Tanda Alam
Puncak Gunung Merapi terlihat dari Sungai Gendol, Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (3/5). [ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bukan hanya manusia yang bersiap menyelamatkan diri, monyet-monyet penghuni Gunung Merapi juga telah bereaksi merespon peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

Carik Glagaharjo, Joko Purwanto, mengatakan monyet penghuni Merapi mulai turun sejak beberapa hari terakhir.

“Itu sudah menjadi salah satu penanda aktivitas Merapi mulai meningkat. Apalagi cuaca di sini mulai panas [gerah],” kata Joko seperti dilansir dari Solopos.com, Sabtu (7/11/2020).

Sementara itu, warga tidak panik maupun bingung merespons peningkatan aktivitas Merapi. Sejak lama, kata Joko, penduduk lereng Merapi sudah memahami tanda-tanda yang dikirimkan gunung.

Baca Juga: Juru Kunci Merapi: Batu Jatuh Suaranya Gembludug, Sinyal Meliuk-liuk

Mereka menyiapkan diri. Seluruh barang-barang berharga sudah dimasukkan ke dalam tas untuk persiapan.

“Dimasukkan dalam TSM. Itu Tas Siap Minggat [TSM], sudah disiapkan oleh warga jika sewaktu-waktu dievakuasi tinggal jalan,” katanya.

Joko juga menyiapkan kandang darurat yang akan didirikan tidak jauh dari barak. Jumlah ternak yang dievakuasi sekitar 300 ekor.

“Rencana di depan tanah lapang itu agar warga tidak terlalu jauh untuk merawat ternaknya,” ucap Joko.

Gunung Merapi naik status ke level Siaga sejak Kamis (5/11/2020) pukul 12.00 WIB. Kenaikan status ini disebabkan aktivitas vulkanik di dalam gunung.

Baca Juga: Hari Ini Kelompok Rentan di Sleman Mulai Dievakuasi dari Zona Bahaya Merapi

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menuturkan pada rentang 30 Oktober 2020 sampai 5 November 2020, terjadi 139 kali gempa vulkanik dangkal, 1.663 kali gempa multifase, 9 kali gempa low frekuensi, 391 kali gempa guguran, 330 kali gempa hembusan dan 9 kalo gempa tektonik banyak.

"Lebih tinggi dibanding minggu lalu," katanya, Sabtu (7/11/2020).

Sebagai perbandingan, data pengamatan Gunung Merapi pada rentang 23-29 Oktober, terjadi 81 kali gempa vulkanik dangkal, 864 kali gempa multifase, 10 kali gempa low frekuensi, 376 kali gempa guguran, 286 kali gempa hembusan dan tujuh kali gempa tektonik.

Meski demikian, analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara pada 3 November 2020 dibanding 30 Oktober 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. Perhitungan kubah lava pada hati yang sama yakni sebesar 200.000 meter persegi.

"Tidak teramati pula adanya material magma baru," ujarnya.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan Electronic Distance Measurement pada rentang pengamatan tersebut menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 9 sentimeter per hari.

Meski terjadi hujan, tidak dilaporkan adanya lahar atau penambahan aliran di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Adapun laporan harian pada Sabtu (7/11/2020), dari pengamatan pukul 00.00-12.00 WIB tercatat 22 kali gempa guguran, 8 kali gempa hembusan, 1 kali gempa low frekuensi, 56 gempa multifase dan 10 kali gempa vulkanik dangkal.

Dari data tersebut, status aktivitas Gunung Merapi masih Siaga sejak Kamis (5/11/2020) lalu. Aktivitas tambang dan wisata dilarang di kawasan rawan bencana III.

Pemerintah daerah di sekitar Gunung Merapi diminta untuk mempersiapkan segala keperluan mitigasi karena erupsi bisa terjadi setiap saat.

REKOMENDASI

TERKINI