Cuitan Donald Trump Muncul Lagi, Publik Mendesak Agar 'Kalah Bermartabat'

Sabtu, 07 November 2020 | 20:02 WIB
Cuitan Donald Trump Muncul Lagi, Publik Mendesak Agar 'Kalah Bermartabat'
Donald Trump. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah cuitan Donald Trump yang pernah diposting pada tahun 2016 muncul lagi ketika Pemilu AS 2020 berlangsung. Dalam cuitan itu, Trump menulis "seseorang harus bisa kalah dengan bermartabat".

Cuitan ini awalnya dibuat setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS mengalahkan Hillary Clinton pada tahun 2016. Kala itu Trump memberikan reaksi atas postingan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Vladimir Putin mengatakan hari ini tentang Hillary dan Dems: 'Menurut pendapat saya, itu memalukan. Seseorang harus bisa kalah dengan bermartabat.' Benar sekali!" cuit Trump dirangkum dari Mirror (07/11).

Kini, cuitan ini kembali ramai diposting netizen sebagai bumerang atas aksi ngotot Donald Trump yang mengakui kemenangannya secara sepihak.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Pemilu AS Berakhir Imbang?

Netizen ramai-ramai mengingatkan Trump agar menerima kekalahan secara bermartabat, apalagi hasil perolehan suara sementara menunjukkan Joe Biden semakin dekat dengan kemenangan.

Presiden AS Donald Trump mengacungkan jempol saat ia turun dari Air Force One setibanya di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland, Amerika Serikat pada 1 Oktober 2020. [MANDEL NGAN / AFP]
Presiden AS Donald Trump mengacungkan jempol saat ia turun dari Air Force One setibanya di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland, Amerika Serikat pada 1 Oktober 2020. [MANDEL NGAN / AFP]

Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan sistem pemilihan presiden yang cukup rumit terlebih dengan adanya sistem Electoral College yang bisa mendatangkan "keajaiban".

Sebuah sistem yang dinamakan Electoral College akan menentukan siapa pemenang dari perebutan orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut.

"Electoral College adalah cara kami merujuk pada proses di mana Amerika Serikat memilih Presiden, meskipun istilah itu tidak muncul dalam Konstitusi AS. Dalam proses ini, Amerika Serikat (yang mencakup District of Columbia hanya untuk proses ini) memilih Presiden dan Wakil Presiden," jelas Arsip Nasional dikutip dari laman resminya.

Menurut Edison Research pada hari keempat penghitungan suara, mantan Wakil Presiden Joe Biden memiliki keunggulan 253 hingga 214 dalam pemungutan suara Electoral College negara bagian yang menentukan pemenang.

Baca Juga: Penuh Tantangan, Begini Cerita Para Petugas TPS di Pemilu AS 2020

Biden akan jadi pemenang jika dia unggul di dua dari tiga negara bagian utama lainnya di mana dia unggul tipis pada hari Jumat - Georgia, Arizona dan Nevada. Ini adalah negara bagian di mana beberapa ribu surat suara yang tersisa masih dihitung.

Joe Biden menyebut pihaknya 'berada di jalur yang benar' untuk memenangkan pemilu, namun meminta pendukungnya untuk bersabar hingga semua kertas suara selesai dihitung.

Sementara Donald Trump mengklaim kemenangan dan menuduh terdapat kecurangan dalam pemilu. Ia menyampaikan pendapatnya tanpa bukti yang kuat.

Trump juga mengatakan akan membawa kasus kecurangan Pemilu AS tersebut ke Mahkamah Agung.

Adapun jumlah pemilih yang menggunakan suaranya dalam pilpres kali ini diperkirakan yang tertinggi dalam 120 tahun terakhir yakni 66,9%, menurut US Election Project.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI