Mengintip Gagasan Gibran dan Bagyo yang Dibawa ke Panggung Debat

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 06 November 2020 | 21:35 WIB
Mengintip Gagasan Gibran dan Bagyo yang Dibawa ke Panggung Debat
Dua paslon mengikuti debat perdana Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel, Jumat (6/11/2020) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua calon wali kota menyampaikan gagasan-gagasan mereka jika kelak memimpin memimpin Kota Solo, dalam acara debat publik yang berlangsung pada malam hari ini. Acara debat berlangsung datar-datar saja.

Untuk mengatasi kemacetan, Gibran Rakabuming Raka menggagas elevating rail atau rel layang, seperti di perlintasan sebidang Simpang Tujuh Joglo, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari.

Gagasan tersebut disampaikan putra Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan dari rival,  FX Supardjo. Selain menanyakan program untuk mengurai kemacetan, dia juga menanyakan gagasan untuk mengatasi genangan air di jalan setiap hujan turun.

“Kami akan melihat titik kemacetan di mana. Kalau saat ini saya melihat kemacetan ada di Kota Barat, tapi saya yakin ketika flyover Purwosari dibuka, kemacetan itu akan terurai sendiri. PR-nya tinggal satu, yakni Simpang Joglo. Karena ada rel kereta dan jalan provinsi, akan kami kaji lagi. Solusinya mungkin rel elevasi atau flyover,” kata Gibran.

Sebelumnya, Perencana Transportasi Perkotaan Lingkar Studi Transportasi Indonesia (Transportologi), Septina Setyaningrum, menyampaikan pembangunan rel layang atau elevating rail dinilai lebih efektif karena kereta tidak lagi lewat (sejajar) jalan darat.

Dengan begitu bisa memperlancar arus lalu lintas kendaraan. Septina mencontohkan salah satu jalur kereta layang yang ada di Indonesia diterapkan di jalur kereta rute Manggarai-Gambir-Jakarta Kota.

Rel yang dibuat melayang tak langsung bermula di persimpangan namun beberapa kilometer sebelumnya, pun sesudahnya. “Kalau overpass, saya enggak bisa membayangkan bagaimana bentuknya. Overpass Manahan yang bercabang tiga saja sudah cukup rumit, apalagi simpang tujuh. Dampak seperti apa yang ditimbulkan sebelum dan pascapembangunan,” kata dia, beberapa waktu lalu.

Dampak yang dimaksud di antaranya ongkos pembebasan lahan, dampak lingkungan dan perekonomian sekitar overpass hingga pada kendaraan berat yang setiap hari melintasinya

Pasangan Bagyo - Supardjo menyampaikan gagasan dalam mengatasi masalah keterbatasan lahan untuk permukiman di Solo dengan membangun hunian di bantaran sungai.

Baca Juga: Tanggapi Konsep Gibran, Bagyo: Saya Doakan Bisa Terlaksana, Saya Jadi Saksi

Gibran mempertanyakan program itu karena berlawanan dengan regulasi. Selain itu, sejak sekitar 2010 lalu Pemkot Solo sudah memiliki program relokasi rumah di bantaran Sungai Bengawan Solo. Sekarang program itu sudah hampir kelar dan sebagian besar rumah di kawasan bantaran Bengawan Solo sudah relokasi ke daerah lain.

REKOMENDASI

TERKINI