Pakar UGM: Awan Topi di Gunung Lawu Bahayakan Penerbangan

Erick Tanjung Suara.Com
Jum'at, 06 November 2020 | 18:45 WIB
Pakar UGM: Awan Topi di Gunung Lawu Bahayakan Penerbangan
Ilustrasi awan (Pixabay/photo-graphe)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar Iklim Universitas Gajah Mada atau UGM Dr. Emilya Nurjani menjelaskan, fenomena awan yang terlihat seperti UFO atau pusaran angin di sejumlah gunung di Pulau Jawa seperti Arjuno, Merapi, Merbabu, Lawu dan lainnya baru-baru ini, merupakan jenis lenticularis yang berbahaya bagi aktivitas penerbangan.

"Awan ini berbahaya utamanya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya," kata Emilya melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (5/11/2020).

Meski berbahaya bagi aktivitas penerbangan, menurut dia, kemunculan awan topi tersebut tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana.

Emilya mengatakan awan lenticularis merupakan fenomena biasa. Awan ini sering muncul atau terbentuk di daerah pegunungan, gunung, maupun perbukitan.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Terdampak La Nina, Pakar UGM: Waspada Retakan Tebing

Pembentukan awan ini disampaikan Emilya dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi sehingga awan ini sering terbentuk di daerah pegunungan.

Menurut dia, awan biasanya sering terbentuk disisi pegunungan yang berangin atau sisi hadap lereng atau windward, tetapi awan lenticularis terbentuk disisi bawah angin atau sisi belakang lereng atau leeward.

Dengan begitu, saat udara lembab naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan sehingga menghasilkan awan. Namun, disisi yang berlawanan dengan angin, udara menurun dan menghangat sehingga terjadi penguapan.

"Dilihat dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering swhingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan terkadang hal ini meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO," ujar dia.

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geogragi UGM ini mengatakan bentuk gelombang di atas gunung dan bagian bawah berbentuk pusaran air yang berputar-putar. Bagian yang naik dari bentuk pusaran air ini cukup dingin untuk menghasilkan awan rotor.

Baca Juga: Refleksi Gempa Jogja 2006, Pakar UGM Ungkap Pentingnya Bangunan Tahan Gempa

Menurut dia, udara di awan rotor ini sangat bergejolak dan berbahaya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya. Kondisi berbahaya juga berlaku untuk penerbangan disisi leeward gunung/bukit karena ada gerakan ke bawah yang cukup kuat.

Ditambahkannya, kemunculan awan lenticularis ini biasanya akan menimbulkan hujan dengan intensitas sedang.

"Hujan, tetapi intensitasnya tidak tinggi karena pada dasarnya uap air sudah jatuh sebagai hujan disisi windward," terang dia. Antara

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI