Sejarah Erupsi Gunung Merapi

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 06 November 2020 | 11:49 WIB
Sejarah Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/6). [ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Letusan Gunung Merapi yang memiliki dampak besar tercatat mulai dari tahun 1006, 1786, 1822, 1872 dan 1930. Letusan Gunung Merapi tahun 1930 menimbulkan awan panas yang meluncur hingga 20 kilometer ke arah barat.

Akibatnya, 13 desa terkubur, 23 desa yang dilalui awan panas rusak, dan menewaskan 1.369 penduduk.

2010

Tahun 2010 menjadi letusan besar terbaru yang memiliki kekuatan yang hampir sama seperti tahun 1872 yang memakan korban nyawa sejumlah 273 orang.

Letusan pada tahun 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan “tipe Merapi” karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20 km – 30 km.

Kekinian, status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak Kamis (5/11/2020) pukul 12.00 WIB.

Pascaerupsi pada 2010, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi magmatis pada 11 Agustus 2018, yang berlangsung hingga September 2019. Gunung Merapi kembali memasuki fase intrusi magma baru, yang ditandai dengan peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan Juni 2020.

Setelah letusan ekspolosif pada Juni lalu, kegempaan internal mulai mengalami peningkatan. Kemudian terjadi pemendekan jarak baseline EDM sektor Barat Laut Babadan-RB1 sebesar 4 cm. Setelah itu, pemendekan jarak terus berlangsung dengan laju sekitar 3 mm/hari sampai September 2020.

Sejak Oktober, kegempaan meningkat makin intensif. Kondisi tersebut sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava pada April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi tahun 2010.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Warga Rentan di Magelang Mulai Mengungsi

Sampai saat ini kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut dimungkinakn terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif. Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontran material, dan awan panas sejauh maksimal 5 km.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI