Sejarah Erupsi Gunung Merapi

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 06 November 2020 | 11:49 WIB
Sejarah Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/6). [ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Status Gunung Merapi naik dari Waspada Level II menjadi Siaga Level III, Kamis (5/11/2020) pukul 12.00 WIB. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung aktif yang berada di Indonesia yang telah beberapa kali erupsi. Berikut sejarah erupsi Gunung Merapi.

Gunung Merapi terletak di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang memiliki ketinggian sekitar 2.968 meter. Gunung ini sangat berbahaya karena mengalami erupsi setiap 2 hingga 5 tahun sekali.

Tercatat sejak tahun 1548, Gunung Merapi telah Meletus sebanyak 68 kali. Gunung Merapi menjadi salah satu dari 16 gunung api dunia yang termasuk dalam Proyek Gunung Api Dekade (Decade Volcanoes). Namun sejarah erupsi Gunung Merapi mulai diriwayatkan pada tahun 1006.

1006

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Warga Rentan di Magelang Mulai Mengungsi

Konon, letusan Gunung Merapi pada tahun 1006 bahkan disebut-sebut mengubah sejarah peradaban Jawa. Erupsi pada tahun 1006 disebut merupakaan letusan terdahsyat. Namun riwayat letusan itu menyimpan banyak perdebatan.

Mitos dan legenda muncul karena efek domino dari letusan Gunung Merapi kala itu. Letusan tersebut merusak peradaban kerajaan Mataram Kuno dan merusak Candi Borobudur dan candi lainnya yang dibuat pada abad ke-9.

1872

Letusan Gunung Merapi yang cukup besar berikutnya terjadi pada tahun 1872. Tercatat erupsi saat itu merupakan letusan Gunung Merapi terdahsyat di masanya.

Saat itu, rrupsi terjadi selama 120 jam tanpa jeda. Awan panas dan material memusnahkan pemukiman yang berada di ketinggian di atas 1000 mdpl. Letusan Gunung Merapi tahun 1872 berlangsung selama 5 hari.

Baca Juga: Evakuasi Pedagang di Lereng Merapi

1930

Letusan Gunung Merapi yang memiliki dampak besar tercatat mulai dari tahun 1006, 1786, 1822, 1872 dan 1930. Letusan Gunung Merapi tahun 1930 menimbulkan awan panas yang meluncur hingga 20 kilometer ke arah barat.

Akibatnya, 13 desa terkubur, 23 desa yang dilalui awan panas rusak, dan menewaskan 1.369 penduduk.

2010

Tahun 2010 menjadi letusan besar terbaru yang memiliki kekuatan yang hampir sama seperti tahun 1872 yang memakan korban nyawa sejumlah 273 orang.

Letusan pada tahun 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan “tipe Merapi” karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20 km – 30 km.

Kekinian, status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak Kamis (5/11/2020) pukul 12.00 WIB.

Pascaerupsi pada 2010, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi magmatis pada 11 Agustus 2018, yang berlangsung hingga September 2019. Gunung Merapi kembali memasuki fase intrusi magma baru, yang ditandai dengan peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan Juni 2020.

Setelah letusan ekspolosif pada Juni lalu, kegempaan internal mulai mengalami peningkatan. Kemudian terjadi pemendekan jarak baseline EDM sektor Barat Laut Babadan-RB1 sebesar 4 cm. Setelah itu, pemendekan jarak terus berlangsung dengan laju sekitar 3 mm/hari sampai September 2020.

Sejak Oktober, kegempaan meningkat makin intensif. Kondisi tersebut sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava pada April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi tahun 2010.

Sampai saat ini kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut dimungkinakn terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif. Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontran material, dan awan panas sejauh maksimal 5 km.

Berdasarkan evaluasi data pemantauan tersebut, BPPTKG menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk.

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI