Suara.com - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai merendahkan umat Islam berbuntut panjang. Gerakan boikot produk Prancis mendadak ramai digaungkan.
Begitu pula dengan pria di balik akun TikTok @aslantyb. Lewat videonya, ia mengaku ikut berpartisipasi dalam gerakan boikot produk Prancis ini.
Dalam video, Aslan datang ke sebuah minimarket untuk membeli produk air mineral aqua yang belakangan santer dikabarkan merupakan bagian dari Danone, perusahaan grup Prancis.
"Kenapa mesti Nabi ku yang kau hina, kenapa bukan kami saja. Nabiku lebih mulia dibanding dirimu, sekali kau hina Nabiku, musuhmu bukan sedikit. Agamamu untukmu, agamaku untukku," ujarnya dalam narasi video.
Baca Juga: Viral CCTV Aksi Komplotan Curanmor di Grup WhatsApp, Dijual ke Sumatera
Setelah membayar air mineral itu di kasir, ia langsung bergegas menuju sepeda motornya.
Tak disangka, baru sekian detik melajukan kendaraan, ia langsung membuang air mineral yang baru saja dibelinya ke tempat sampah.
Menurutnya, itu bukan perkara untung dan rugi. Aksinya itu tidak lain untuk membela nabinya sendiri.
"Ini bukan masalah mubassir, tapi lebih baik saya rugi daripada Nabiku dihina," tulis dia.
Video itu mendadak viral di media sosial dan banyak dibagikan ulang. Salah satunya oleh akun Twitter @PretiWn.
Baca Juga: Viral Cewek Dianiaya, Digencet Cowoknya di Mobil karena Toxic Relationship
Sejumlah warganet yang berkomentar tampak naik pitam. Sebab, konsep pria itu dirasa salah kaprah. Lihat videonya di sini.
Untuk diketahui, Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia mengatakan, tidak mengkhawatirkan seruan boikot itu karena produk perusahaannya asli buatan Indonesia.
"Produk produk kami seperti SGM dan Aqua, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia, oleh tenaga kerja Indonesia, untuk konsumen Indonesia. SGM sudah hadir sejak 1965, Aqua juga hadir sejak 1973 di Indonesia, dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang," kata Arif dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (3/11/2020).
Dia mengatakan, perusahaannya tidak memiliki keterkaitan terhadap pandangan politik suatu negara, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Salah Kaprah Soal Boikot
Gerakan boikot produk Prancis menuai pro dan kontra. Pasalnya, tak sedikit pihak yang dirasa salah kaprah dalam memahaminya.
Analis politik Timur Tengah, Dina Sulaeman dalam jejaring Facebooknya mengatakan ada salah kaprah soal pengertian boikot. Menurutnya, ada beberapa poin yang perlu digarisbawahi.
"Boikot beda dengan merusak. Kalau sudah ada barangnya lalu dibuang, dirusak, itu namanya konyol, mubazir," tulisnya seperti dikutip Suara.com.
Selain itu, Dina juga mengatakan boikot adalah pilihan yang rasional. Bukan berdasarkan emosi.
Ketiga, boikot menurutnya adalah sebuah upaya politik. Dengan kata lain, memberikan tekanan politik tempat asal produsen tersebut.
Lebih lanjut, boikot adalah upaya politik di tengah ketidakberdayaan dan akan berdampak.
Dina menuturkan, setiap orang memiliki hak untuk memboikot produk Prancis. Namun, dia berpesan untuk pahami dulu tujuan dan caranya. Dina membandingkannya dengan boikot produk Israel yang dirasa berhasil menekan pemerintahannya.
Terakhir, Dina menegaskan bahwa boikot sejatinya merupakan politik global yang dampaknya tidak langsung bisa dirasakan.
"Maaf, ini politik global. Bukan makan mie instant yang dalam lima menit bisa langsung anda rasakan hasilnya," ucap dia.