Suara.com - Wakil Presiden Mike Pence telah menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di tim Gedung Putih yang baru. Siapa dia?
Selama empat tahun terakhir, Pence telah menjadi wakil yang sangat mahir, tidak terkecuali dalam memutuskan penunjukan pejabat-pejabat utama dalam pemerintahan dan menjadi pembicara yang ulung di media.
- Kamala Harris: Cawapres AS dari Demokrat yang bangga dengan darah Indianya
- Pemilu Amerika Serikat dari kacamata orang Indonesia di Negeri Paman Sam
- Pilpres AS: Semua TPS telah ditutup, jumlah pengguna suara menuju 'rekor partisipasi terbanyak dalam satu abad'
Ia umumnya menghindari tampil di banyak berita utama, meski baru-baru ini ia sering menjadi sorotan dalam perannya memimpin satuan tugas penanganan virus corona Gedung Putih.
Dalam peran yang tidak terlalu mencolok, Pence juga ditugaskan untuk memimpin kebijakan luar angkasa AS bersama Dewan Luar Angkasa Nasional.
Baca Juga: Jadwal Pengumuman Pemenang Pemilu Presiden AS, Siapa Bakal Menang?
Perjalanan Pence ke Gedung Putih dimulai pada Juli 2016, ketika pria berusia 57 tahun itu bertemu dengan Trump dan keluarganya di rumahnya di Indianapolis dan diminta untuk mendampingi Trump dalam pemilu.
Sangat mudah untuk melihat mengapa dia ditawari posisi itu.
Mantan gubernur itu adalah favorit kaum konservatif yang banyak memamerkan pengalamannya di Washington.
Sebelum ditunjuk sebagai wakil presiden, Pence secara terbuka mengkritik beberapa kebijakan Trump.
Dia menyebut usulan larangan Trump terhadap Muslim yang memasuki AS sebagai "ofensif dan inkonstitusional" dan menyebut komentar Trump pada Hakim Distrik AS Gonzalo Curiel "tidak pantas".
Baca Juga: Dukun-dukun di India Adakan Ritual Khusus agar Donald Trump Menang Pilpres
Trump mengatakan seorang hakim keturunan Meksiko membuatnya kesulitan mengakses persidangan yang adil dalam gugatan terhadap Trump University.
Pence sekarang dipandang sebagai orang kedua yang setia dan jarang menyuarakan kritik terhadap presiden.
Ada beberapa masalah selama empat tahun terakhir.
Berita utama negatif pertama untuk Pence adalah di tahun 2017, ia menggunakan akun email pribadinya saat menjabat sebagai Gubernur Indiana.
Setelah mengkritik Hillary Clinton secara keras karena pengaturan emailnya yang tidak wajar, dia dituduh munafik, meskipun tidak seperti Clinton, Pence tidak menangani informasi rahasia di akun AOL-nya.
Dia juga menimbulkan kontroversi Mei ini dengan menyatakan bahwa dia akan senang melihat Michael Flynn - mantan penasihat keamanan yang dituding menjalin kontak dengan Rusia dalam pemilihan AS tahun 2016- masuk lagi ke pemerintahan.
Dia juga dikritik karena komentarnya tentang virus corona di AS, termasuk bahwa kepanikan atas pandemi itu "berlebihan".
Akar liberal
Pence dibesarkan sebagai Katolik bersama dengan lima saudara kandungnya di Columbus, Indiana.
Dia mengatakan kepada Indianapolis Star pada tahun 2012 bahwa ikon liberal John F Kennedy dan Martin Luther King Jr menginspirasinya untuk memulai karir di bidang politik.
Mantan gubernur, yang menggambarkan dirinya sebagai "seorang Kristen, konservatif dan Republikan, dalam urutan seperti itu", memilih Jimmy Carter pada tahun 1980.
Dia mengatakan bahwa baru setelah kuliah, ketika dia bertemu dengan calon istrinya, Karen, di sebuah gereja evangelis, pandangannya mulai berubah.
Pence telah menjabat sebagai gubernur Indiana dari 2013 hingga 2017. Ia juga memiliki 12 tahun pengalaman sebagai anggota Dewan Perwakilan AS.
Selama dua tahun terakhirnya di Washington, ia menjabat sebagai pemimpin House Republican Conference, posisi kepemimpinan Partai Republik tertinggi ketiga.
Dia juga memimpin Kelompok Studi Partai Republik, sebuah koalisi Partai Republik konservatif, yang disebut mendorongnya untuk maju di pemilu sebagai calon presiden, mengingat beberapa evangelis mempertanyakan kemurnian ideologis Trump.
Pence sebelumnya telah mempertimbangkan untuk mencalonkan diri ke Gedung Putih. Pada 2009, dia mengunjungi negara bagian, memicu spekulasi bahwa dia berambisi untuk maju sebagai calon presiden tahun 2012.
Selama kampanye 2016, Pence menjalani jadwal yang padat bersama Trump dalam kampanye nasional - seringkali di sejumlah negara bagian per hari.
Salah satu peran utamanya adalah mendukung Trump ketika kontroversi meletus: dia membela Trump ketika dia tampak menyarankan orang-orang untuk mengangkat senjata melawan saingan presiden Hillary Clinton dan membela putranya Donald Trump Jr atas komentarnya yang membandingkan pengungsi dengan Skittles.
Dia menentang pandangan lama Trump bahwa mantan presiden Barack Obama tidak lahir di Amerika Serikat (beberapa hari kemudian, Trump mengatakan dia juga telah berubah pikiran tentang hal ini).
Kontroversi
Saat menjadi gubernur, ia memicu kemarahan publik setelah menandatangani UU Pemulihan Kebebasan Beragama.
Para kritikus berpendapat undang-undang tersebut mendiskriminasi komunitas LGBT dengan mengizinkan bisnis menolak orang-orang itu karena keyakinan agama.
Di bawah tekanan nasional, dia kemudian menandatangani amandemen yang menyatakan pemilik perusahaan tidak dapat mendiskriminasi kelompok gay, hal yang menuai kritik dari kaum konservatif yang mengatakan mereka merasa dikhianati oleh revisi tersebut.
Ia dikenal karena penolakannya yang kuat terhadap aborsi.
Pence, seorang Kristen evangelis dan ayah dari tiga anak, juga menandatangani salah satu undang-undang aborsi yang paling ketat di negara itu saat menjadi gubernur.
Indiana menerapkan larangan aborsi hanya berdasarkan jenis kelamin janin, ras, atau diagnosis kecacatan, yang kemudian dibatalkan oleh pengadilan banding.
Pada 2017, Pence menjadi wakil presiden pertama yang menghadiri rapat umum anti-aborsi tahunan terbesar di Amerika, March for Life, dan sejak itu menghadiri acara tersebut secara rutin.
Pada 2012, anggota kongres itu menyamakan putusan Mahkamah Agung yang menegakkan Undang-Undang Perawatan Kesehatan Terjangkau dengan serangan teroris 9/11 dalam pertemuan tertutup House Republican.
Dia kemudian meminta maaf.