Suara.com - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan hasil pemilihan presiden AS "tidak akan mempengaruhi" kebijakan Teheran terhadap Washington.
"Kebijakan kami ... sudah didefinisikan dengan jelas. Hal itu tidak berubah dengan pergerakan individu," katanya. "Tidak masalah siapa yang datang dan pergi."
- Pilpres AS: Hasil awal penghitungan suara bermunculan, persaingan ketat di Florida
- Krisis nuklir Iran dalam 300 kata
- Presiden Trump: 'Amerika Serikat akan serang 52 target di Iran jika ada serangan terhadap aset AS'
Donald Trump telah melakukan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran sejak dia meninggalkan kesepakatan nuklir pada 2018.
Penantangnya, Joe Biden, mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.
Baca Juga: Trump "Rebut" Florida, Saingan Sengit Masih Terjadi di Negara Bagian Kunci
Kesepakatan itu, dinegosiasikan pada 2015 ketika Biden adalah wakil presiden Barack Obama, akan memberikan Iran keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan kegiatan nuklir yang sensitif.
Presiden Trump mengatakan kesepakatan itu "cacat" dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran dalam upaya untuk mendesak perundingan kesepakatan pengganti.
Iran menolak untuk melakukannya dan membalas dengan membatalkan sejumlah komitmen nuklir utama.
Kedua negara juga hampir berperang pada Januari ini, setelah Trump memerintahkan serangan pesawat tak berawak di Irak yang menewaskan komandan tinggi Iran Qasem Soleimani.
Ia mengatakan jenderal Pengawal Revolusi itu bertanggung jawab atas kematian ratusan pasukan Amerika.
Baca Juga: Persaingan Ketat Trump dan Biden, Menunggu Siapa Rebut Negara Bagian Kunci
Iran menanggapi dengan menembakkan rudal balistik ke pangkalan militer Irak yang ditempati pasukan AS.
Tidak ada orang Amerika yang terbunuh, tetapi lebih dari 100 didiagnosis menderita cedera otak traumatis.
Ayatollah Khamenei memberikan pidato pada hari Selasa untuk menandai peringatan 41 tahun penyanderaan kedutaan AS di Teheran oleh mahasiswa radikal Iran, yang menyandera staf Amerika selama 444 hari.
Tidak ada hubungan diplomatik antara AS dan Iran sejak itu.
"Hari ini adalah hari pemilihan di Amerika Serikat. Beberapa hal mungkin terjadi, tetapi itu bukan urusan kami," kata pemimpin tertinggi Iran, yang mengendalikan angkatan bersenjata dan mengambil keputusan akhir tentang semua masalah negara.
"Kami mengikuti kebijakan yang masuk akal dan diperhitungkan [yang] tidak dapat dipengaruhi oleh pergantian personel."
Ayatollah Khamenei juga mengejek AS karena mengadakan pemungutan suara yang oleh presiden petahana AS disebut bisa menjadi "pemilihan yang paling dicurangi dalam sejarah".
"Ini adalah demokrasi Amerika," katanya.
Dalam wawancara dengan CBS pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga menyatakan bahwa pemerintah Iran tidak memiliki kandidat yang lebih dijagokan.
Pernyataan kubu Biden lebih menjanjikan, tapi kami harus menunggu dan melihat, katanya. "Yang terpenting adalah perilaku."
"Hasil dari kebijakan 'tekanan maksimum' tidak terlalu menjanjikan bagi Amerika Serikat. Ini telah merugikan Iran, tetapi belum membawa jenis perubahan politik yang diinginkan Amerika Serikat."
Ketika ditanya apakah Iran akan melakukan negosiasi dengan pemerintahan Biden tentang kesepakatan nuklir baru, Zarif menjawab: "Tidak. Jika kami ingin melakukan itu, kami akan melakukannya dengan Presiden Trump empat tahun lalu."