Tiga Skenario Hasil Pilpres AS yang Bisa Terjadi: Masih Trump atau Biden?

BBC Suara.Com
Rabu, 04 November 2020 | 10:31 WIB
Tiga Skenario Hasil Pilpres AS yang Bisa Terjadi: Masih Trump atau Biden?
Ilustrasi. Presiden Amerika Serikat Donald Trump. [BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Garis akhir di depan mata. Apa pun bisa terjadi dalam pemilihan umum Amerika Serikat tahun 2020 yang prosesnya sangat luar biasa, dan terkadang melelahkan.

Terdapat tiga skenario yang kemungkinan besar terjadi — walaupun sebenarnya empat, tapi ini akan saya bahas nanti.

Setelah lama mengamati tingkah polah Presiden Donald Trump – mulai dari melaporkan upayanya untuk membeli Greenland, dan ketika warganya menolak, sang presiden membatalkan kunjungan kenegaraan sebagai balas dendam; mengetahui bahwa ia membayar seorang bintang porno sebelum pemilu yang lalu; berada di Helsinki dan mendengar ia berkata bahwa ia lebih percaya Presiden Rusia Vladimir Putin yang berdiri di sebelahnya daripada agensi intelijennya sendiri; hingga disebut "kecantikan yang lain" hanya karena saya mengatakan saya dari BBC – saya sungguh menyadari bahwa apapun bisa terjadi dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 ini.

Inilah tiga skenario yang bisa terjadi:

Baca Juga: Rupiah Menguat di Tengah Menghangatnya Tensi Pemilu AS

1. Biden menang mudah

Skenario pertama adalah jajak pendapat menunjukan hasil yang akurat dan Joe Biden menang dengan mudah dan nyaman tanpa ada gangguan pada Selasa malam.

Terlepas dari semua kekacauan dan keributan dalam kampanye 2020 yang sangat berbeda dengan empat tahun lalu, jajak pendapat nasional dan jajak pendapat negara bagian - yang menentukan hasil pemilu - selalu menunjukkan hasil yang konsisten. Tidak terjadi pergeseran angka signifikan.

Biden jauh lebih unggul secara nasional, dan yang terkecil hanya berada di negara Florida, Arizona, dan North Carolina, dan margin yang sama di negara industri utara - Wisconsin, Michigan dan Pennsylvania.

Jika Anda membuka blog FiveThirtyEight, yang mencatat hasil rata-rata dari semua jajak pendapat arus utama, mereka mengatakan telah terjadi pengetatan persaingan suara sebesar 0,1% di tengah prediksi hingga 2 November, Biden unggul 8,4% yaitu 51,8% dibandingkan Trump 43,3%.

Ketika kami melaporkan hasil hitung cepat biasanya batas galat (margin of error) berada di angka 3%. Artinya, perubahan 0,1% selama beberapa minggu terakhir tidak akan berpengaruh. Jadi jika hasil hitung cepat Selasa malam ini sesuai dengan hasil perhitungan sebenarnya maka saya tidak akan terkejut sedikit pun.

Baca Juga: Donald Trump dan Joe Biden Lakukan Dorongan Terakhir untuk Memikat Pemilih

2. Kemenangan mengejutkan Trump

Yang membawa saya pada kemungkinan kedua berkaca pada peristiwa tahun 2016 (meskipun saya bisa menjelaskan hal ini tidak sepenuhnya benar) yaitu jajak pendapat salah dan akhirnya Donald Trump akan menang untuk kedua kalinya. Kunci kesuksesan Trump ini adalah apa yang terjadi di Pennsylvania dan Florida.

Tak ada yang percaya jajak pendapat yang menunjukkan Biden unggul tiga atau empat poin di Florida — persaingan sebenarnya jauh lebih ketat. Dan pada tahun 2020, Trump mendapat jauh lebih banyak dukungan dari kelompok Latin daripada pada tahun 2016.

Demikian pula di Pennsylvania, tempat warga kulit putih kelas pekerja di bagian barat negara bagian itu dapat menjadi faktor yang mendorong sang presiden melampaui ambang batas electoral college.

Dalam pemilihan terbatas Covid-19 ini, saya pernah ke Florida, Ohio, Tennessee, Pennsylvania, North Carolina, Georgia, dan Virginia. Dan ke mana pun pergi, saya akan menemukan pendukung Trump yang tidak hanya menyukai presiden ke-45 itu tapi juga memujanya.

Dan kalkulasi kampanye Trump adalah seperti pada tahun 2016 — mereka membawa banyak orang 'di luar jaringan dan radar lembaga survei' untuk pergi memilih.

Cara ini juga ditunjukkan dalam aksi pengerahan massa yang cerdas dilakukan Presiden Trump, di sisi lain Demokrat menuding upaya itu menyebabkan ribuan orang berkumpul dan tidak ada jarak sosial saat pandemi.

Untuk menghadiri acara ini, seluruh peserta harus mendaftar secara online, kemudian melewati operasi penggalian data yang canggih untuk melihat apakah ada di daftar pemilih — dan jika tidak, maka peserta akan didaftarkan.

Hasilnya, banyak orang telah terdaftar dan berhak memberikan suaranya di tengah persaingan pemilihan yang ketat. Trump telah menghilangkan penghalang bagi para pendukungnya untuk memberikan suara.

Alasan lain mengapa kemenangan Trump tidak akan mengejutkan saya adalah karena Joe Biden bukanlah juru kampanye yang menginspirasi.

Jika ada yang mewakili seorang penjaga tua, itu dia, Biden. Proses penuaan itu kejam bagi semua orang, tetapi Trump tampak jauh lebih bersemangat dan bertenaga daripada Biden, meskipun mereka hanya berjarak tiga tahun.

Biden tidak menjual "hope" (harapan) — meminjam slogan Barack Obama pada 2008 lalu. Yang ia tawarkan hanyalah "nope" (tidak) — tidak untuk Donald Trump.

Tapi makna "tidak" pada tahun 2020 sangat kuat.

Ada gelombang "keberpihakan negatif" yang tampaknya menjadi faktor penentu dalam pemilihan kali ini.

Artinya, bukan karena orang-orang menginginkan Biden, tapi karena mereka sudah muak dengan kepresidenan Trump yang berisik dan membuat Amerika menjadi sangat terpecah belah.

3. Kejutan menang telak bagi Biden

Skenario ketiga ini sama dengan yang kedua — hasil hitung cepat salah. Tapi Joe Biden tidak hanya menang, ia menang besar.

Ini adalah pemilu yang meledak-ledak, serupa dengan kemenangan Ronald Reagan atas Jimmy Carter pada 1980. Atau kemenangan George HW Bush atas Michael Dukakis pada 1988.

Dalam pekan terakhir kampanye, Presiden Trump menghadapi lonjakan kasus virus corona ke level tertinggi, dengan jumlah pasien yang dirawat inap meningkat, dan kematian bertambah hingga seribu per hari. Pasar saham juga mengalami pekan terburuknya sejak Maret — barometer kesehatan ekonomi yang sangat dipedulikan sang presiden.

Tidak seperti pada kampanye tahun 2016, ketika Donald Trump memiliki pesan yang sangat jelas kepada rakyat Amerika - ingin membangun tembok, ingin melarang Muslim masuk ke AS, ingin menegosiasikan ulang kesepakatan perdagangan, ingin mengembalikan manufaktur -, pada tahun 2020 ia kesulitan mengartikulasikan visinya untuk periode kedua.

Jadi jika "ledakan" terjadi, Biden tidak hanya memenangkan negara bagian yang saya cantumkan di skenario pertama, tapi juga akan merebut mengambil Texas (Texas!), Ohio, Iowa, Georgia, bahkan mungkin Carolina Selatan.

Kemungkinannya kecil, memang. Tapi jika Anda mengikuti hasil jajak pendapat, pola pemungutan suara awal, dan fokus Demokrat menggiatkan kampanye, dan meningkatnya jumlah pemilih baru yang luar biasa maka kemenangan seperti itu bukan hal yang mustahil.

...dan satu lagi hasil yang mungkin tidak akan terjadi (tapi ini tahun 2020)

Saya sebutkan di awal bahwa ada – kemungkinan – skenario keempat. Dan jangan minta saya untuk membahas mekanisme atau konsekuensinya ini, tetapi… karena cara Nebraska membagi suara electoral college-nya, dapat dibayangkan bahwa dalam perlombaan untuk 270 suara electoral college — angka ajaib yang menjadikan Anda presiden, kita berakhir dengan Biden dan Trump sama-sama mendapat 269 suara elektoral.

Dan setelah miliaran dolar dihabiskan, Amerika akan berakhir dalam kebuntuan total, persaingan tanpa henti dan terjebak dalam ketidakpastian hukum.

Itu tidak pernah terjadi sebelumnya, dan saya katakan itu hampir tidak mungkin.

Tapi apakah mustahil? Yah, jangan lupa ini tahun 2020.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI