“Kedisiplinan warga di dua negara itu dalam melakukan karantina pun efektif menekan penularan,” ujarnya.
Sedangkan di Amerika dan Inggris hanya menggencarkan testing tanpa karantina. Akibatnya jumlah pasien positif terus meningkat drastis. Sehingga menyebabkan kewalahan fasilitas kesehatan di negara tersebut.
Kemudian lonjakan kasus positif akibat pemilu di Sabah, Malaysia, dengan melakukan pelacakan yang bagus dinilai cepat menurunkan infeksi. Menurut Mahesa, dengan melakukan pelacakan sesuai standar WHO dapat menjadi warning bagi masyarakat tentang risiko penularan.
“Ditambah kesadaran dan kepercayaan penuh masyarakat kepada warning pemerintah menjadi kunci keberhasilan pengendalian covid,” tuturnya.
Saat ini, jumlah pelacakan dan testing yang memenuhi strandar WHO baru empat provinsi di Indonesia, yakni Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Yogyakarta. Namun lantaran tidak diberlakukan karantina yang ketat sehingga penularan masih terus terjadi.
Positivity rate masih di atas 5 persen. Sarusnya upaya lebih maksimal antara pelacakan dan testing dengan pembatasan aktivitas masyarakat seperti PSBB, sehingga positivity rate terus ditekan.
“Dengan pelonggaran aktivitas (PSBB transisi) orang keluar masuk daerah makin mempersulit pengendalian. Pertimbangan ekonomi memang saat ini menjadi dilema, namun sekaligus penyebab makin rendahnya pengendalian terhadap penularan,” ujar Mahesa.
Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuan Muda Indonesia Berry Juliandi kepada Suara.com menjelaskan, pelacakan sangat berpengaruh pada pembatasan penyebaran corona. Pasalnya setiap orang yang pernah kontak dengan penderita dapat diidentifikasi dan dapat dipantau untuk dibatasi pergerakannya, paling tidak selama masa inkubasi virus, sekitar dua pekan.
“Pelacakan masif memang akan menurunkan jumlah kasus, namun harus dilakukan terus menerus karena jika hanya dilakukan sesaat maka penurunannya juga hanya akan sesaat. Hal lain juga berpengaruh selain pelacakan, sehingga harus dipadukan dan tidak hanya bergantung pada tracing semata,” ujar Berry.
Baca Juga: Ada 3 Jenis Masker untuk Cegah Virus Corona, Ini Fungsinya Masing-Masing!
Menurutnya penambahan kasus baru di ibu kota dan sejumlah daerah di Indonesia karena pelacakan yang masih minim sehingga kasus-kasus itu kemudian membesar.