Pelacakan dan Testing Vs Penularan Corona di Ibu Kota

Selasa, 03 November 2020 | 19:01 WIB
Pelacakan dan Testing Vs Penularan Corona di Ibu Kota
Ilustrasi Covid-19.(Pixabay/fernandozhiminaicela)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara itu, jumlah akumulasi pasien positif corona di Jakarta terus bertambah. Hingga Jumat (23/10) bertepatan dengan hari ke-12 penerapan PSBB transisi, setidaknya ada 952 kasus baru. Angka penambahan pasien corona beberapa hari terakhir di ibu kota selalu berkisar 1.000-1.300 orang.

Tetapi anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jakarta Gilbert Simanjuntak tidak sependapat jika kasus aktif corona di Jakarta dibilang sudah landai. Menurut dia itu tidak masuk akal, berkaca rasio pelacakan kontak erat yang mesti dirampungkan pemerintah Jakarta.

Menurut Gilbert, klaim pelandaian kasus aktif terlalu dini sementara penambahan kasus harian konfirmasi positif Covid-19 di Jakarta di atas  seribu orang sejak akhir Agustus.

“Secara ilmiah kurang masuk akal secepat itu penurunannya. Butuh waktu lebih dari situ, karena hasil PCR baru keluar analisisnya 4,5 hari, dan inkubasi kasus 14 hari,” kata Gilbert beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan pelambatan kasus di Iibu Kota perlu ditelusuri kontak eratnya. Perbandingannya minimal dari satu orang pasien positif, minimal 10 kontak erat mesti diidentifikasi. Politikus partai berlambang banteng moncong putih ini berujar, pelacakan kontak erat di Jakarta masih sangat minim, yakni 1 banding 6.

“Minimal harus 1 banding 10. Jadi harus dikejar keluarga, teman, teman sekantor, tetangga dan lain-lain hingga dites atau contact tracing,” ujarnya.

Bagaimana dengan pelacakan kontak? Setiap ada kasus baru, semestinya petugas akan melakukan pelacakan riwayat kontak pasien tersebut selama dua minggu terakhir, sesuai masa inkubasi virus. Mereka yang terjaring akan diisolasi dan dites.

Berdasarkan rasio lacak dan isolasi, yaitu rerata jumlah orang yang dijadikan suspek setiap ada kasus positif yang dihitung KawalCovid-19, RLI 3/4 dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia masih berkisar di angka 1 sampai 9.

Salah satu pendiri KawalCovid-19 Elina Ciptadi menduga hal itu disebabkan tidak ada target jumlah orang yang dijaring per kasus positif, berbeda dengan pengetesan yang dipatok 1 per 1.000 penduduk selama seminggu. Kuncinya adalah dengan menjaring mereka yang bergejalan tapi menular dengan pelacakan.

Baca Juga: Ada 3 Jenis Masker untuk Cegah Virus Corona, Ini Fungsinya Masing-Masing!

"OTG harus dijaring dengan melakukan tracing (pelacakan),” ujar Erlina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI