Ahli Virologi Sebut Vaksin Masa Kini Bisa Dipercepat Berkat Teknologi

Selasa, 03 November 2020 | 14:14 WIB
Ahli Virologi Sebut Vaksin Masa Kini Bisa Dipercepat Berkat Teknologi
Simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Abiansemal Badung. (ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli Virologi Universitas Udayana Prof Ngurah Mahardika memastikan bahwa pembuatan vaksin Covid-19 bisa dibuat lebih cepat, hal itu disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Prof Ngurah memaklumi jika banyak masyarakat yang meragukan hal ini sebab perkembangan teknologi, sumber daya, dan infrastruktur pembuatan vaksin hanya diketahui segelintir orang yakni peneliti dan produsen vaksin itu sendiri, serta komunitas ilmuwan.

“Zaman sekarang, teknologi telah memungkinkan kita melakukannya dengan cepat. Tidak perlu lagi agen penyakit dan bisa dibuat sintetis, jadi bisa sangat cepat. Zaman dahulu perlu waktu lama untuk menemukan bibitnya saja. Zaman sekarang hanya perlu waktu satu dua bulan saja untuk menemukan bibitnya,” kata Prof Ngurah dalam diskusi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (3/11/2020).

Sedikitnya ada empat ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya. Pertama yang berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia, ada pula yang berbasis DNA atau mRNA, ketiga ada vaksin berbasis adenovirus, dan terakhir adalah vaksin berbasis protein.

Baca Juga: Teknologi Canggih Mungkinkan Penemuan Vaksin Lebih Cepat, Ini Buktinya

“Ragam basis vaksin ini punya kelebihan dan kekurangan tentunya, seperti vaksin berbasis virus yang dimatikan yang saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim, sehingga regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas," jelasnya.

Sementara vaksin berbasis DNA dan adenovirus memang belum ada contohnya yang beredar di masyarakat sehingga regulasinya memakan waktu lama.

Meski begitu, Prof Ngurah menekankan bahwa tingkat keamanan vaksin tetap harus dijamin dari proses pembuatan hingga disuntikkan ke manusia.

Uji keamanan ini wajib dimulai sejak fase praklinis ke hewan, fase I yang melibatkan relawan manusia, fase II yang melibatkan ratusan relawan, dan Fase III yang melibatkan ribuan relawan.

"Pada semua fase, aspek keamanan dan daya guna menjadi perhatian serius. Lebih-lebih pada Fase III, ketika melibatkan ribuan hingga puluhan ribu orang,” paparnya.

Baca Juga: Orang Bergejala Covid-19 Punya Respons Kekebalan yang Bertahan 6 Bulan

Selama vaksin belum ditemukan dan belum terbukti efektif, Prof Ngurah meminta masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan; memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan mencuci tangan dengan sabun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI